TRIBUNJATENG .COM, SEMARANG – Sarjana dipandang belum siap akan adanya pasar global Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pandangan itu diungkapkan Rektor Unika Prof Budi Widianarko dalam keterangan tertulis pelepasan 251 wisudawan sarjana dan pasca sarjana periode III di Kampus Unika, Sabtu (19/12/2015) lalu.
Ia merasa prihatin di era menyambut pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah di depan mata masih saja lulusan sarjana terlihat bersantai- santai. "Saya belum lama ini ke Filipina dan di sana masyarakatnya sudah cemas dan agresif menyambut MEA. Bahkan para sarjana sudah mulai resah, sementara di Indonesia masih belum ada kesiapan untuk melakukan perubahan ini," jelasnya.
Prof Budi menegaskan, di Indonesia strata pendidikan pun dalam bekerja juga banyak yang tidak sesuai yang diinginkan. Mereka seperti mengobral kesarjanaannya untuk mendapatkan pekerjaan. "Banyak lulusan sarjana yang sulit menempatkan bidangnya sesuai keahliannya. Bahkan yang sangat memprihatinkan, masih banyak lulusan sarjana juga menjadi security, mengingat sekarang ini saja perusahaan perbankan dengan kualifikasi minimal sarjana," imbuhnya.
Ia berkesimpulan kemerosotam SDM kualifikasi di negeri ini sudah mulai berjalan dan ia berharap hal ini teidak terus terjadi. "Tentunya kita harus bisa lebih dan menyangi negara lain. Ini hanya sebagai perbandingan atas keprihatinan kondisi bangsa bila melihat dari SDM sekarang ini," ujarnya.
Ia menambahkan untuk mengatasi akan hal ini di Unika juga terus gencar mengirim dosen dan mahasiswa ke luar negeri untuk penguatan melakukan studi. "Tentunya, dalam menghadapi MEA kita harus perkuat SDM kita minimal harus bisa berbahasa Inggris," pungkasnya.
Wisuda periode tiga tersebut IPK tertinggi diraih Sita Dhantari dari Prodi Magister Arsitektur dengan IPK 4,00 dengan nilai pujian. Tertinggi kedua diraih Melita Mulyani dari Prodi Teknologi Pangan dengan IPK 3,92. (*)
sumber : jateng.tribunnews.com