Oleh Andreas Lako
Beberapa waktu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah Triwulan I 2018 adalah 5,41%. Dari sisi produksi, pertumbuhan itu didorong oleh semua lapangan usaha, sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan itu dipacu oleh pertumbuhan semua komponen yang menguat. Komponen itu adalah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Saya menilai, pengumuman BPS itu merupakan berita gembira bagi rakyat Jateng.
Berita itu menunjukkan bahwa pembangunan dan perekonomian Jateng pada Triwulan I 2018, baik dari sisi produksi maupun pengeluaran, semuanya sedang bertumbuh ke arah yang lebih baik lagi.
Pertumbuhan itu mencerminkan fundamental perekonomian Jateng kian menguat dan bagus. Penguatan tersebut diyakini akan terus berlanjut pada Triwulan II dan triwulaniriwulan selanjutnya.
Dikatakan sebagai berita gembira karena angka pertumbuhan 5,41% tersebut merupakan yang pertama kali dicapai Jateng sejak Triwulan III 2016. Setelah mencatat pertumbuhan 5,71% pada Triwulan II 2016, perekonomian Jateng pada Triwulan III dan IV 2016 dan Triwulan I-IV 2017 tak pernah lagi bertumbuh di atas 5,3%. Kita sangat berkepentingan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi karena implikasinya bagi masyarakat dan daerah sangat luas.
Pertumbuhan yang lebih tinggi dan terus meningkat yang dihasilkan dari proses ekonomi yang berkeadilan tentu akan memberi banyak dampak positif terhadap penurunan kemiskinan dan pengangguran, peningkatan kesejahteraan rakyat, peningkatan kualitas pembangunan dan kemajuan daerah. Namun di balik optimisme tersebut, ternyata peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dibukukan Jateng pada Triwulan I 2018 masih kalah dari pertumbuhan ekonomi yang dibukukan oleh sejumlah provinsi di Jawa.
Jabar dan Jatim yang memiliki karakteristik daerah dan struktur perekonomian hampir sama dengan Jateng, masing-masing membukukan pertumbuhan 6,02% dan 5,50% pada Triwulan I 2018. Sementara itu, Banten dan DIYmasing-masing mencatat pertumbuhan 5,95% dan 5,36%, sedangkan DKI Jakarta 6,02%.
Dari sisi besaran pertumbuhan tersebut, tampak jelas Jateng hanya sedikit lebih unggul dari DIYpada Triwulan I 2018. Pertumbuhan ekonomi Jateng bahkan selalu lebih rendah dari Jabar dan Jatim sejak 2016. Hal ini seharusnya segera mendapat perhatian serius dari Pemprov dan pemkab/pemkot dalam memacu pengelolaan pembangunan daerah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Memacu Pertumbuhan
Meski kalah dari sejumlah provinsi di Jawa, meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada semua sektor usaha (supply) dan penggunaannya (demand) memberikan harapan baru bahwa perekonomian Jateng hingga akhir 2018 ini akan bertumbuh lebih baik dibanding pertumbuhan 2016 (5,28%) dan 2017 (5,27%) apabila terus dipacu.
Secara makro, optimisme tersebut didasari perhitungan bahwa faktor-faktor lingkungan eksternal, yaitu kondisi perekonomian regional di Jawa dan nasional serta perekonomian global akan makin kondusif dan produktif. Karena perekonomian Jateng berinteraksi erat dengan perekonomian regional, nasional, dan global, maka kinerja perekonomian Jateng diperkirakan juga akan menikmati dampak positifnya.
Karena itu, pertumbuhan ekonomi Jateng hingga akhir tahun ini diprediksi akan lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya apabila Pemprov dan pemkab/- pemkot kian aktif berinovasi memanfaatkan momentum pemulihan tersebut dalam memacu perekonomian daerah. Secara mikro, optimisme tersebut juga didasarkan pada pertimbangan bahwa fundamental pembangunan dan kinerja perekonomian Jateng terus menguat dalam beberapa tahun terakhir. Hasil studi saya terhadap kinerja pembangunan Jateng selama 2000-2017 menunjukkan, nilai PDRB Jateng dalam empat tahun terakhir terus meningkat pesat. Peningkatan itu berdampak positif pada penurunan kemiskinan dan pengangguran serta kesenjangan sosial dan antarwilayah serta kenaikan kesejahteraan sosial (lihat artikel "Perekonomian Jateng Cerah" (Suara Merdeka, 2/1/2018). Faktor pemacu utama kian meningkatnya kinerja pembangunan Jateng dalam beberapa tahun terakhir adalah keberhasilan pembangunan infrastruktur yang masif dan merata di hampir seluruh wilayah Jateng pada 2014- 2016. Keberhasilan tersebut menjadi investasi strategis yang kian memperkuat fondasi perekonomian daerah, mengakselerasi pembangunan sektor usaha, dan mentransformasikan kinerja dan nilai ekonomi PDRB Jateng makin besar.
Pada 2018 ini, hasil investasi strategis tersebut diyakini akan semakin memberi dampak positif pada peningkatan kinerja perekonomian Jateng. Apalagi dalam APBD 2018, Pemprov tampak memberi dukungan yang kuat untuk mempercepat akselarasi tersebut.
Selain itu, tahun ini Jateng juga mendapatkan alokasi APBN 2018 Rp 104,45 triliun yang diprioritaskan untuk mengatasi kesenjangan dan kemiskinan, pembangunan insfrastruktur, memacu sektor unggulan, perbaikan aparatur negara dan pelayanan pemerintah.
Kesungguhan pemerintah dan para pihak dalam mengoptimalkan pengelolaan dana tersebut tentu akan berdampak positif pada peningkatan kinerja ekonomi Jateng pada sisa tahun 2018 ini. Semoga! (40)
–Andreas Lako, guru besar Akuntansi, Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata Semarang.
►https://www.suaramerdeka.com, Suara Merdeka 21 Juni 2018 hal. 6