Konferensi di Unika
Delapan negara di Asia seperti Jepang, Indonesia, Malaysia, dan Filipina mengikuti International Conference on Communication and Information Systems (ICCIS) di gedung Mikael, kampus Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang. Konferensi yang menghadirkan pembicara kunci, Dr Kudo Yuko dari the Toyo-Bunko Research Fellow, Jepang membahas kekayaan budaya Tiongkok.
"Melalui konferensi ini, akan diidentifikasi keunikan budaya Tiongkok seperti apa. Kemudian, nantinya bisa dibandingkan dengan negara lain," jelas Kudo didampingi Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Unika Soegijapranata Semarang Benny Danang Setianto SH LLM yang juga fasih berbahasa Indonesia dalam keterangan pers sebelum konferensi.
Selaku pembicara, Kudo membahas sejarah dan pengaruh kebudayaan Tiongkok. Menurut dia, keberadaan orang Tiongkok diketahui membawa pengaruh sangat besar. Bukan hanya bidang ekonomi, tapi juga budaya dan politik.
Sebelum di kampus Unika, konferensi ini pernah diselenggarakan di beberapa perguruan tinggi seperti Petra Surabaya, Maranatha Bandung, sera Universitas Indonesia. Di sisi lain, Danang Setianto menegaskan, konferensi menggali kekayaan budaya Tiongkok. Unika sendiri pernah meneliti budaya Tiongkok di Lasem, Rembang.
"Banyak yang mengira orang Tiongkok hanya memberi pengaruh pada bidang ekonomi saja, tapi kenyataannya tidak. Sutradara film kenamaan Teguh Karya itu orang Tiongkok, bahkan batik kawasan pesisir juga dipengaruhi budaya Tiongkok," katanya.
Di Semarang, banyak budaya mereka yang dipelajari dan diteliti, termasuk oleh Unika. Total, terdapat 22 klenteng, di antaranya Sam Poo Kong serta Tay Kak Sie yang lebih bersejarah. Menurut dia, konferensi diharapkan bisa menambah pengetahuan budaya Tiongkok. Sekaligus mereka bisa menggali dan memperkaya khasanah budayanya.
►https://www.suaramerdeka.com/news/baca/207900/iccis-bahas-kekayaan-budaya-tiongkok