Sejumlah pihak bahkan mengusulkan supaya pemerintah menerapkan isolasi total atau lockdown untuk menghindari penyabaran virus yang makin massif.
Wabah corona atau covid – 19 menimbulkan kepanikan di masyarakat. Sejumlah pihak bahkan mengusulkan supaya pemerintah menerapkan isolasi total atau lockdown untuk menghindari penyabaran virus yang makin massif.
Namun demikian, Guru Besar Ekonomi Unika Soegijapranata Andreas Lako justru melihat bahwa lockdown bukanlah kebijakan yang tepat.
Menurutnya, strategi yang hanya melihat dari sisi kepentingan pencegahan Convid-19 itu sangat berisiko tinggi dan bisa berakibat fatal bagi bangsa Indonesia dan masyarakat di daerah.
"Alasannya, secara ekonomi, Indonesia atau provinsi dan kabupaten di Indonesia sangat tergantung pada ekspor-impor dengan negara-negara lain," kata Andreas, Senin (16/3/2020).
Andreas melanjutkan impor banyak dipakai untuk konsumsi rumah tangga. Selain itu, antar provinsi dan antar kabupaten atau kota di Indonesia juga saling tergantung karena saling memasok barang dan jasa.
Oleh karena itu, apabila lockdown jadi pilihan, kebijakan ini justru akan memutus rantai pasok barang san jasa antar daerah akibatnya akan terjadi kelangkaan barang jasa, serta terjadi kepanikan di masyarakat.
Kondisi ini menurutnya sangat mungkin akan terjadi memicu radikalisme sosial seperti perampokan, penjarahan dan aksi-aksi anarkis lainnya karena orang-orang tak mau kelaparan.
"Jadi, saya berharap Presiden Jokowi, para gubernur dan bupati atau walikota sebaiknya menghindari kebijakan lockdown karena risiko ekonomi dan risiko sosialnya jauh lebih dasyat dibanding risiko penularan Covid-19," tukasnya.
►https://semarang.bisnis.com/read/20200316/536/1214059/javascript#