Pengaduan masyarakat yang masuk ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng pada semester pertama tahun ini mencapai 573 laporan. Meski telah banyak pengaduan diselesaikan, tapi ada sebagian yang menyoal intoleransi di meja belajar siswa pada sekolah di Jateng. Intoleransi terjadi bukan saja antarpelajar beda agama, tapi juga satu agama. Karenanya, permasalahan itu harus bisa segera diselesaikan.
"Persoalan intoleransi menjadi pekerjaan rumah kami, tapi dinas sangat berharap pengurus dan anggota PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) bisa mendukung upaya memperbaiki lembaga pendidikan. Sebab, kalau banyak pengaduan masyarakat, kami tentu tidak akan bisa berpikir secara strategis," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Jumeri STP, saat membuka seminar pendidikan dalam rangka HUT ke-74 PGRI dan Hari Guru Nasional di gedung pusat lantai tujuh, kampus Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Menurut dia, kemajuan pendidikan menuntut peran serta para guru, sehingga penguatan pendidik juga perlu dilakukan. Hal itu bisa direalisasikan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Misalnya, Jateng memiliki 300 ribu guru, mereka bisa dilatih pembelajaran secara digital atau daring untuk menghemat biaya. Jumeri didampingi Ketua PGRI Jateng Dr Muhdi MHum membuka seminar Digitalisasi Pengelolaan Pembelajaran dan Penguatan Pendidikan Karakter yang diikuti ratusan pengurus PGRI kabupaten/ kota, kepala sekolah, dan guru.
Sementara itu, Muhdi mengatakan, pelatihan ini untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mendukung tugas dan profesinya. Ini rangkaian kegiatan yang telah dijalani organisasinya dalam rangka HUT ke-74 PGRI pada Senin (25/11). Puncak penyelenggaran Hari Guru Nasional itu pada 30 November mendatang di Jakarta.
Ada pun, seminar itu menghadirkan dua narasumber yaitu Rektor Unika Soegijapranata Semarang, Prof Dr Ridwan Sanjaya, dan mantan Ketua PGRI Jateng, Widadi.
Menurut Ridwan, pendidikan harus beradaptasi dan berubah pada era milenial. "Guru harus bisa membuka diri dari kemungkinan adanya perubahan. Mereka juga perlu menyesuaikan perkembangan zaman, dengan memanfaatkan teknologi," ungkapnya.
►https://www.suaramerdeka.com/news/baca/208133/intoleransi-di-meja-belajar-perlu-segera-diselesaikan