Unika Soegijapranata di Kota Semarang Jawa Tengah akan menggelar wisuda bagi lulusannya pada Sabtu (18/9) mendatang. Adanya momen wisuda ini ternyata meninggalkan kesan tersendiri terkait pengalaman belajar mahasiswa selama mengenyam pendidikan. Mulai dari kesan perjumpaan hingga kesan religiusitas.
Salah seorang calon wisudawati dari Prodi Teknologi Pangan, Bernardine Agatha Adi K mengatakan selama mengenyam pendidikan selama kurang lebih empat tahun, dia merasa bersyukur atas perjumpaan dengan semua orang yang ada di Unika baik dosen, tenaga kependidikan maupun sesama mahasiswa.
“Menurut saya, perjumpaan selama ini cukup menarik. Seperti misal saat di kelas, selalu ada komunikasi dua arah. Tidak hanya untuk menerima materi, tapi kita juga digugah untuk berpikir dan memunculkan gagasan gagasan mahasiswa di dalam kelas,” kata Agatha di Kampus Unika, Kamis (16/9).
Pengalaman lainnya yakni ketika dirinya turut dalam pembelajaran daring akibat pandemi covid-19. Pembelajaran daring kata dia, ada tantangan tersendiri.
Memang, saat online ada ada saja tantangannya. Tapi kembali lagi, saya selalu melihat orang orang yang ada di Unika baik dosen maupun tenaga kependidikan selalu tidak hilang harapan dan bisa berpikir bareng menghadapi tantangan,” jelasnya.
Selain terkait hubungan antar sesama warga Unika, dia mengaku bersyukur empat tahun silam diterima di Prodi Teknologi Pangan. Sebab, dari situ dia bisa mengikuti berbagai perlombaan mewakili fakultas dan pernah juga menjadi Student Of The Years (SOTY).
“Waktu menjadi SOTY, saya bersyukur bisa bertemu dan kenal dengan sesama mahasiwa dari berbagai fakultas,” tandas dia.
Sementara itu, wisudawati dari Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP), Dewi Praswida menuturkan kesan bahwa meski Unika merupakan Universitas Katolik namun tetap menghargai mahasiswa maupun karyawan yang beragama lain.
“Biasanya kalau universitas beryayasan agama kan cukup agamis gitu ya. Tapi ketika saya masuk Unika itu kok tidak semua ruang pakai Salib Kristus? Bahkan ada wanita yang bercadar,” kata Dewi.
Menurutnya, hal ini cukup menarik karena jelas menghargai perbedaan. Apalagi, kata dia, dirinya melihat langsung kampus Unika tetap menyediakan musholla bagi yang muslim untuk menjalankan salat lima waktu.
“Ini bagi saya menarik sekali. Unika Soegijapranata merupakan Universitas Katolik tapi menyediakan musholla. Saya sempat batin “Ini buat apa?”,” ujar wanita pegiat kerukunan beragama itu