Bersama Dr Ir Bernadeta Soedarini, Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Magister Sains dan Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada (FEB UGM), Prof Jogiyanto Hartono didaulat menjadi keynote speaker dalam Knowledge Festival 2018 Unika Soegijapranata Semarang, Rabu (6/6).
Bertempat di Ruang Teater Gedung Thomas Aquinas Lantai III Unika, Jalam Pawiyatan Luhur IV Nomor 1 Bendan Dhuwur Kota Semarang, keduanya yang dimoderatori Wakil Rektor II Unika Soegijapranata Dra Cecilia Titiek Murniati, itu berbicara tentang Integrating Research Into Teaching and Learning in Higher Education.
Dalam kesempatan itu, Prof Jogiyanto memaparkan tentang bagaimana semestinya peran seorang akademisi (dosen) saat proses perkuliahan berlangsung. Terlebih di era disruptif seperti saat ini.
“Fokus pembelajaran secara aktif saat ini adalah pada diri mahasiswanya, tidak lagi oleh dosen bersangkutan. Mahasiswa kini tak sekadar dituntut untuk paham, tetapi harus berada di tingkat yang lebih tinggi lagi yakni berpikir kritis serta mampu menganalisis,” tuturnya.
Prof Jogi, sapaan akrab Prof Jogiyanto Hartono, menegaskan perlunya keterlibatan dosen dalam proses pembelajaran tersebut cukup mengarahkan saja. Tidak lagi seperti sebelum-sebelumnya, kini yang lebih banyak berbicara adalah mahasiswa bersangkutan.
“Peran dosen di zaman saat ini jika boleh diibaratkan, mereka seperti petugas polisi lalu lintas (Polantas). Apabila arus lalu lintas lancar, cukup diam memantau kondisinya. Ketika sudah muncul tanda-tanda kepadatan serta kemacetan, barulah polisi tersebut mencoba mengarahkan agar kemacetan bisa terurai secara cepat,” tuturnya.
Prof Jogi pun mengutarakan, agar dosen bersangkutan bisa semakin disegani serta selalu dinanti kehadirannya oleh para mahasiswa, perlu kiranya pula mereka mengubah konsep.
“Tak dimungkiri juga, riset (penelitian) di beberapa tahun ini mulai marak, bahkan menjadi primadona. Ketika semakin banyak, semakin bagus. Karena ilmu yang awalnya hanya ada di permukaan, bisa muncul ke atas, dari berbagai sudut yang diambil,” jelasnya.
Namun, lanjutnya, kurang disadari oleh para akademisi saat melakukan aktivitas tersebut, apakah riset yang telah berbiaya mahal serta dianggap penting itu bermanfaat dalam proses pembelajaran maupun lebih luas lagi.
“Nah, sekali lagi. Di sinilah peran mereka, para akemisi untuk mengonsep suatu pembelajaran berbasis riset. Agar dosen bersangkutan itu bisa secara nyata diibaratkan polisi lalu lintas tersebut. Secara umum, hampir perguruan tinggi sedang memulainya,” tuturnya.
Termasuk juga, terangnya, yang sedang dilakukan di UGM Yogyakarta. Teknologi-teknologi yang muncul dan sedang bermunculan di era saat ini, oleh institusi bakal diterapkan di seluruh aspek pembelajaran.
“Termasuk juga pada kurikulumnya. Di mana nanti tujuan akhirnya agar para mahasiswa benar-benar siap bersaing dengan siapa pun di saat mereka lulus. Di sini tentunya tak hanya peran universitas, tetapi pula dosen dalam mengarahkan serta menuntut agar mereka tidak tersesat,” ucap Prof Jogi.
Ketua Panitia Knowledge Festival 2018 Unika Soegijapranata, Christian Moniaga menyampaikan, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam program yang telah berjalan kedua kalinya itu.
Harapannya, dari kegiatan berkala ini, bisa dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dosen dalam kiprahnya di dunia pendidikan. “Selain seminar, juga ada paralel season berupa presentasi hasil riset para akademisi, lalu ada lomba poster, serta pameran karya di tiap pusat studi di Unika,” beber Wakil Dekan III Bidang Akademik Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Unika Soegijapranata itu.
Sementara itu, Rektor Unika Soegijapranata Prof Dr Ridwan Sanjaya dalam sambutanya mengungkapkan, knowledge festival merupakan agenda rutin universitas di tiap dua tahun. Adapun tujuannya, pasca kegiatan bisa memunculkan semangat luar biasa dari para dosen.
“Tentunya semangat yang kami maksud itu adalah untuk bisa menginspirasi serta membawa dampak lebih luas lagi dari apa yang telah dilakukan,” tandasnya.