TRIBUNJATENG .COM, SEMARANG – Kenaikan permukaan laut dan peningkatan curah hujan akibat perubahan iklim menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Wilayah pesisir menjadi terdampak dan lambat laun akan tenggelam karena muka tanah akan menjadi lebih rendah.
Pakar Lingkungan Unika Soegijapranata Joko Suwarnomengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang harus mulai memikirkan model baru penanganan permasalahan pesisir utara.
"Diuruk berapa kalipun, pesisir tidak akan lepas dari masalah air pasang. Bangunan-bangunan permanen akan semakin tenggelam,"katanya.
Pemkot, ujar Joko, harus berani membuat terobosan baru untuk menyelamatkan kampung pesisir, seperti kampungTambak Lorok, Tanjung Mas, Semarang Utara. Joko pun menawarkan konsep kampung apung atau perumahan apung seperti yang berhasil diterapkan di negeri kincir angin, Belanda. Rumah apung memiliki fleksibilitas, dapat naik maupun turun mengikuti permukaan air. Sehingga, warga tidak akan dipusingkan lagi dengan kenaikan air laut (rob) karena harus menyedot air rob atau menguruk lantai dengan tanah baru.
"Ini model baru di Indonesia kalau mau dibuat pilot project. Tapi cukup efektif untuk menyelamatkan masyarakat pesisir dari peningkatan muka laut yang semakin tak terkendali,"katanya.
Namun, pemerintah harus melakukan kajian terlebih dahulu agar konsep kampung apung benar-benar matang dan berhasil efektif. Apalagi, pengembangan perumahan apung butuh biaya tinggi. Kendati demikian, Joko yakin, jika dikalkulasi, biaya pembangunan rumah apung jauh lebih efisien ketimbang biaya peninggian lantai atau bangunan yang harus dilakukan hampir saban tahun.
"Bangunan apung ini paling buatnya sekali. Tapi kalau menguruk lantai atau meninggikan bangunan bisa berkali-kali, terus menerus akan begitu, kalau ditotal biayanya tentu lebih tinggi,"katanya. (*) Laporan Reporter Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
sumber : jateng.tribunnews.com