GURU Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unversitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Prof Dr Andreas Lako mengakui pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang makin merangkak naik.
Kendati demikian, tetap saja tersisa persoalan dari dinamika wilayah yang berkembang menuju kota besar berbasis jasa dan industri ini. ’’Kesenjangan sosial masih saja muncul. Jurang perbedaan antara mereka yang hidupnya serba berkekurangan dengan kaum kaya sangat lebar.
Harus ada usaha, memperhatikan mereka yang hidupnya kurang beruntung,’’tutur dia. Menurut dia, potret kesenjangan itu tergambar jelas, bahkan tanpa menggunakan analisis ekonomi yang mendalam. Betapa muncul perbedaan yang mudah dijumpai di sudut, tengah, maupun, dan pinggiran kota. Hai ini menjadi tantangan semua pihak untuk membangun sistem yang lebih bagus.
Prioritasnya adalah mengangkat harkat martabat kaum marginal. Menjadi catatan tersendiri bagi Lako bahwa ratarata penderitaan masyarakat kelas bawah lumayan komplet. Mengelompok pada kantung-kantung kemiskinan dengan fasilitas publik yang minim.
Akses keluar masuk hunian sempit, saluran air tak lancar, hingga ancaman banjir dan rob menjadi pemandangan biasa bagi mereka yang berada di masyarakat kelas bawah ini. ’’Untuk daerah perkotaan, lokasi dengan ciri-ciri ini terdapat di berbagai titik. Misalnya, Kampung Kemijen yang menjadi langganan rob, banjir, serta kondisi jalan rusak,’’katanya.
Dia mengungkapkan, masih banyak kawasan yang menyerupai atau bahkan lebih parah dibandingkan dengan Kemijen. Mereka hidup dalam impitan ekonomi yang tak kunjung membaik. Selebihnya, masyarakat kelas bawah yang juga butuh perhatian berada di kawasan pinggiran, seperti daerah Gunungpati.
Mereka yang secara ekonomi berkekurangan dan masih membutuhkan perhatian pemerintah kota (pemkot) tinggal di kawasan pinggiran, tersebar di beberapa lokasi tepi hutan. Hunian yang cukup masuk ke kawasan hutan membuat mereka sulit menjangkau akses dan fasilitas publik.
Bidik UMKM
Mendapati masih muncul kesenjangan yang lebar, Lako meminta dibangun sistem perekonomian tangguh. Demi mendorong tingkat kesejahteraan warga, pemkot boleh membidik pengembangan UMKM. Dengan usaha ini, harapannya, akan tumbuh simpul-simpul usaha produktif dengan dikuatkannya perhatian pemerintah kepada masyarakat kelas bawah.
Dalam skala kecil pola ini akan mendorong terciptanya lapangan kerja. Selebihnya, menjadi program padat karya yang menumbuhkan harapan baru di tengah impitan ekonomi. Lako menyatakan, melihat pertumbuhannya yang membaik, maka capaian demi capaian telah dilakukan. Moda transportasi massal juga telah menuai hasil, menjawab kebutuhan masyarakat.
Penambahan koridor yang melayani masyarakat pinggiran ke kota menjadikan geliat ekonomi semakin tampak. Meski belum merata ke semua lokasi, hal itu menunjukkan itikad pemerintah dalam memajukan kota terlihat. ’’Yang terasa sekali bagaimana jalan-jalan kian diperlebar.
Trotoar dibenahi dengan tanpa harus bermusuhan dengan PKL. Kalau pun masih ada PKL yang menempatinya diupayakan dialog supaya mereka bisa menyadari, itu ruang publik,’’ungkapnya. Kebijakan semacam itu, lanjut dia, memanusiakan semua pihak, harus makin ditumbuhkan. Sebisa mungkin menghindari arogansi pemerintah. (97)
Tautan : http://berita.suaramerdeka.com