ISTILAH internal brainstorming belum begitu dikenal. Kita lebih sering mendengar istilah brainstorming atau curah gagasan daripada internal brainstorming. Baiklah kita mulai dari brainstorming.
Brainstorming atau curah gagasan adalah suatu pendekatan yang biasa dipakai untuk menggali ide atau gagasan di dalam sebuah kelompok. Sebuah kelompok terdiri dari beberapa individu dan setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan gagasannya. Seringkali terjadi gagasan yang diharapkan muncul dari setiap individu tidak muncul secara optimal. Karena tidak banyak individu yang memberikan pendapatnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ini. Salah satunya adalah keengganan individu memberikan pendapatnya karena adanya perasaan takut atau enggan karena ketika suatu ide tersebut terlontar, kelompok langsung memberikan tanggapan atau kritikan atas ide tersebut. Ini terutama terjadi pada individu yang tidak suka mendapat kritikan atau masukan. Situasi ini tentu harus bisa dikendalikan oleh pemimpin diskusi.
Memang sudah menjadi kebiasaan ketika situasi rapat banyak orang yang berpendapat kemudian langsung diberikan tanggapan. Akibatnya selain munculnya keengganan, kelompok tersebut tidak mendapatkan solusi yang optimal. Karena waktu yang ada habis untuk menanggapi setiap usulan atau gagasan.
Penulis pernah melakukan percobaan di kelas. Ada sepuluh mahasiswa, dua mahasiswa saya ajak keluar kelas. Di luar kelas mereka saya beri arahan. Arahannya adalah nanti ketika diskusi dimulai tugas mereka adalah menyanggah setiap pendapat yang keluar, dan selalu menyanggahnya. Kemudian sepuluh mahasiswa dikumpulkan kembali dan saya berikan masalah yang harus dibahas dan diberikan solusinya. Betul, ketika ada yang mulai berpendapat, salah satu dari dua mahasiswa tadi menyanggah dan terus menyanggah. Akibatnya terjadi perdebatan yang mengarah ke debat kusir. Saya memperhatikan kemudian beberapa mahasiswa lain yang sebetulnya mau berpendapat tidak jadi berpendapat atau menjadi enggan berpendapat. Akibatnya kelompok ini tidak optimal memberikan usulan solusi atas masalah yang saya berikan.
Bagaimana dengan internal brainstorming? Pada artikel inipun diberi judul Kaya Ide dengan Internal Brainstorming. Bagaimana ini terjadi?
Baiklah saya uraikan dahulu tentang internal brainstorming. Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan brainstorming. Yang membedakannya adalah jika brainstorming untuk kelompok yang terdiri dari beberapa individu. Sedangkan internal brainstorming itu terjadi di dalam diri individu atau benak dan pikiran setiap individu.
Saya pernah mencobanya di kelas. Setiap mahasiswa saya minta melakukannya dan setiap mahasiswa tidak boleh diskusi dengan temannya, agar mereka merasakan fenomena ini. Mengapa saya mengatakan fenomena, karena setiap kita merasakan dan mengalaminya. Lalu mereka saya minta untuk mengidentifikasi benda-benda yang mungkin pernah mereka pegang, lihat atau bahkan pernah mereka makan. Setiap benda yang dituliskan harus mempunyai tiga ciri atau karakter, yaitu: kuning, bulat dan asam. Dengan waktu 15 menit mereka harus mengidentifikasi sebanyak-banyaknya benda tersebut.
Setelah 15 menit berlalu kemudian saya mulai menanyakan satu per satu apa yang mereka bisa tuliskan. Kebanyakan dari mereka susah menuliskan lebih dari sepuluh benda. Banyak yang dituliskan adalah benda-benda dalam kategori buah-buahan. Bagi saya ini adalah hasil yang tidak optimal. Mengapa ini terjadi? Karena ketika satu ide keluar dari benak mereka, kemudian benak mereka sendiri mengomentari ide tersebut. Sehingga mereka tidak jadi menuliskan ide yang muncul.
Beginilah lompatan ide yang terjadi di benak masing-masing mahasiswa. Ketika ide pertama keluar misalkan jeruk, kemudian jeruk dianggap memenuhi tiga syarat yaitu kuning, bulat dan asam. Mereka langsung menuliskannya. Tetapi ketika ide lain keluar misalkan nanas, di benak mereka terjadi koreksi atau kritikan atas ide tersebut, Nanas? Nanas kuning, asam tapi tidak bulat. Maka mereka tidak jadi menuliskannya. Ketika muncul ide lain, misalkan apel. Apel? Apel bulat, asam tapi hijau atau merah, bukan kuning. Kemudian ide inipun tidak jadi dituliskan. Lompatan-lompatan ide di benak itu terjadi berulang-ulang seperti demikian. Sehingga dengan waktu yang saya berikan mahasiswa tidak optimal memberikan idenya.
Lalu bagaimana seharusnya? Seperti halnya dengan brainstorming, ketika ide tersebut keluar, maka langsung ditulis dahulu tanpa harus dievaluasi. Jadi berikanlah kebebasan benak kita untuk menghasilkan ide. Jangan buru-buru mengkritik atau mengevaluasi ide kita. Belum saatnya. Jadi tahap pertama adalah berikanlah ruang untuk benak kita menghasilakn ide tanpa adanya komentar atau sanggahan, meskipun ide tersebut belum sempurna Selanjutnya pada tahap kedua adalah mengevaluasi setiap ide yang keluar dan tertulis menjadi ide yang sempurna. Jadi pada langkah kedua ini kita harus memodifikasi dan menyempurnakan setiap ide yang keluar yang tadinya belum sempurna menjadi sempurna. Yang tadinya masih mentah dan belum berguna menjadi ide yang matang dan berguna.
Oleh karena itu penulis berani menyimpulkan dengan internal brainstorming, maka seseorang dapat lebih banyak menghasilkan ide daripada tidak melakukan metode ini (internal brainstorming). Kaya ide dengan Internal Brainstorming. Selamat mencoba… (*)
Oleh:
Bayu Prestianto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang
sumber : www.radarsemarang.com