Kebinekaan bangsa Indonesia sedang diuji. Mulai dari isu SARA hingga munculnya gerakan intoleransi. Menurut Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono, salah satunya karena gelombang globalisasi yang melampaui batasbatas negara. Dengan begitu, informasi dari luar dengan mudahnya masuk ke Indonesia. ”Globalisasi juga membawa gerakan intoleransi dan separatis masuk ke Indonesia. Saat ini tengah berkembang aliran Islam Transnasional yang membawa budaya luar masuk ke Indonesia.
Padahal, Indonesia mempunyai budaya yang luhur,” terang orang nomor satu di satuan kepolisian Jawa Tengah itu saat mengisi kuliah umum di Ruang Teater Gedung Thomas Aquinas Lantai 3 Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Jumat (20/1). Dari hasil survei , dari 1.200 pemuda, 90%-nya masih punya kecintaan dengan Indonesia. Sementara, 50%-nya tidak setuju terhadap adanya radikalisme dan kekerasan. Pasalnya, radikalisme tidak sesuai dengan nilai agama apa pun dan Pancasila.
Rektor Unika Soegijapranata, Prof Dr Y Budi Widianarko mengemukakan kampus yang dipimpinnya terus mengembangkan proporsi keragaman. Dengan begitu, Unika bisa menjadi potret Indonesia kecil. ”Spirit Unika jelas, yaitu Talenta Pro Patria Et Humanitate.
Bakat dan kemampuan para mahasiswa Unika nantinya harus dipersembahkan sebesar-besarnya bagi Tanah Air dan kemanusiaan. Ketika para calon mahasiswa Unika mulai memasuki dunia kuliah harus membawa spirit nasionalisme,” tegas Prof Budi. (►http://berita.suaramerdeka.com, Suara Merdeka 21 Januari 2017, hal. 22)