Pandemi virus korona juga bisa membuat seseorang berubah perilaku dan bisa juga mengalami gangguan kejiwaan.
Virus korona yang saat ini sedang mewabah di Indonesia tak hanya monoton soal kesehatan. Selain dampak pada terhambatnya kemampuan relasi dan tumbuh kembang seorang anak serta perubahan sifat orang tua, pandemi virus korona juga bisa membuat seseorang berubah perilaku dan bisa juga mengalami gangguan kejiwaan.
Psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik (Unika) Soegijaprata Semarang; Kuriake Kharismawan SPsi MSi Psikolog, mengatakan perubahan perilaku itu salah satunya seseorang bisa berbuat aksi kriminal. Hal itu lantaran banyak orang terpaksa bertahan di rumah tetapi tidak memiliki pemasukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Dampak [pandemi] korona bisa saja orang mati karena terpapar virus, tapi kan ada juga orang yang mati karena kelaparan karena tidak punya uang. Daripada mati kelaparan, maka bisa saja sesesorang mencuri untuk menyelamatkan nyawanya," ujar Kuriake, saat dihubungi KUASAKATACOM, melalui sambungan telepon, pada Rabu (13/5/2020) lalu.
Ia pun menduga inilah kemungkinan alasan pemerintah Indonesia tidak mau memberlakukan lockdown seperti negara-negara lain. Hal itu karena pemerintah bingung nantinya pihak mana yang bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk kebutuhan makan para warga ekonomi bawah.
Kuarike pun lantas mengapresiasi keputusan yang diambil oleh Gubernur Jawa Tengah (Jateng); Ganjar Pranowo. Dia menuturkan kalau beberapa minggu lalu ia melihat adanya pemberitaan bahwa Ganjar menghimbau warga yang ber-KTP Jateng yang berada di beberapa daerah termasuk di Jakarta agar tidak mudik masuk ke Jateng dan Ganjar akan menyediakan dapur umum serta bantuan lain agar mereka tetap bertahan di daerah masing-masing.
"Karena kalau mereka tidak mudik tapi tidak disediakan makan pasti mereka akan [berbuat]kriminal. Sehingga hal ini harus menjadi konsen pemerintah agar mereka para buruh harian dan lain sebagainya bisa disediakan makan," sambungnya.
Ia pun juga mengapreasiasi langkah Walikota Semarang; Hendrar Prihadi yang turut menyediakan dapur umum untuk kalangan yang membutuhkan.
Meski pemerintah daerah maupun pemerintah kota telah turun tangan, ia mengajak seluruh komunitas seperti komunitas masjid, komunitas gereja, para orang kaya dan lain sebagainya agar juga bisa turut andil peduli dan memperhatikan kondisi orang-orang sekitar. Hal itu karena merupakan tanggungjawab bersama seluruh anggota masyarakat.
Ketika disinggung tentang maraknya berbagai instansi yang menyediakan makan khusus bagi driver ojek online, Kuriake menyebut hal itu perlu diperluas kepada masyarakat dari sektor-sektor pekerjaan lain.
"[Driver] Ojek online memang paling mencolok yang terdampak pendapatannya selama pandemi korona, tetapi [ingat] masih banyak pekerja harian dan buruh pabrik yang memerlukan makan. [Itu] karena banyak buruh pabrik yang terancam PHK (pemutusan hubungan kerja-red). Jadi tidak hanya [driver] ojek online saja yang membutuhkan, tetapi juga semua keluarga ekonomi bawah," bebernya.
Sementara itu, terkait potensi adanya gangguan kejiwaan, Kuriake membeberkan bisa saja seseorang menjadi stres. Stres sendiri terbagi menjadi tiga kategori, yaitu stres karena kemampuan sosialnya menghilang, stress karena perekonomian melemah, dan stres karena takut terpapar korona.
"Ketika seseorang merasa stres, maka akan mudah marah dan sensitif. Mereka bisa juga melakukan kekerasan, yang didalam rumah pun bisa saja jadi korban," imbuhnya.
Belum lagi saat marah, kondisi imun seseorang dikhawatirkan bisa menurun sehingga akan banyak gangguan fisik yang muncul seperti sariawan, asam lambung, diabetes tinggi, sakit punggung, situs menstruasi kacau, rambut rontok, dan gatal-gatal. Bila hal itu didiamkan berlarut-larut maka fisik seseorang akan melemah.
"Stress bisa juga mengakibatkan seseorang menangis dan marah berlebihan serta bunuh diri," ungkapnya.
Gangguan kejiwaan yang lain yang mungkin bisa timbul adalah seseorang bisa mencuci tangannya beribu kali karena cemas bila seandainya tertular korona.
►https://kuasakata.com/read/berita/13187-korona-tak-hanya-soal-kesehatan-2-habis