Presiden Soekarno melontarkan pertama kali ide gerakan revolusi mental, pada peringatan kemerdekaan tahun 1956. Gerakan ini sebagai penyemangat segala warga Indonesia untuk memiliki jiwa manusia yang berintegitas, bekerja keras disertai semangat gotong royong. Ide dasar presiden pertama tersebut kembali digaungkan oleh Presiden Jokowi saat ini, mengingatkan segenap warga yang dipimpinnya untuk memiliki jiwa merdeka dan semangat positif meraih kemajuan demi kembali terangkatnya martabat dan kewibawaan bangsa di mata dunia.
Komitmen pemangku kekuasaan negara untuk menjadikan revolusi mental sebagai gerakan sosial, melibatkan seluruh partisipasi semua warga tidak terkecuali dalam memperbaiki segala dimensi masalah dan tantangan bangsa menuju negara yang berdaulat baik secara politik, ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Keterlibatan masyarakat termasuk dunia pendidikan dalam menjadikan revolusi mental dalam gerakan cintai bumi dan lingkungan menjadi salah satu wujud strategis yang bisa diaplikasikan. Pembentukan karakter adalah inti dalam revolusi mental, dan jalur pendidikan merupakan satu sarana strategik mengembangkan tujuan tersebut. Membangun karakter peserta didik untuk cinta lingkungan termasuk hutan, sudah diterjemahkan oleh Pusat Penyuluhan Kehutanan meluncurkan program Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM) yang diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.41/Menhut-II/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kecil Menanam Dewasa Memanen.
Program KMDM ini merupakan program penyuluhan yang bisa diselenggarakan di sekolah yang memiliki komitmen tinggi membentuk karakter peserta didik untuk mencintai bumi sedari kecil (sekolah dasar dan setingkatnya). Tujuan mulia adalah membentuk generasi muda yang mencintai dan merawat bumi sebagai bagian dalam menjaga keberlangsungan lingkungan hijau dan sehat bagi penghuni bumi. Sejauh ini pembelajaran KMDM memang ditujukan untuk sekolah yang sudah memiliki kesadaran dalam menghantar para murid memiliki kepedulian perawatan lingkungan. Pembelajaran KMDM kepada murid dilakukan oleh guru, yang diintegrasikan melalui kurikulum mata pelajaran wajib sekolah atau Muatan Lokal (Mulok) atau ekstrakurikuler. Materi pembelajaran murid meliputi bina cinta lingkungan (pengenalan hutan dan lingkungan alam sekitar; pengenalan pohon dan manfaatnya; keterampilan pengenalan biji dan benih) dan ketrampilan tanam-menanam (teknik pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan). Metoda pembelajaran di dalam kelas diberikan dengan cara membangun kebersamaan, membangkitkan kegembiraan, rasa senang, rasa ingin mengetahui, semangat belajar, dan semangat berkompetisi. Diluar kelas pembelajaran dilakukan melalui : kunjungan lapangan, widyawisata/outbond atau mengunjungi rumah murid.
Program yang sudah ditawarkan oleh Pusat Penyuluhan Kehutanan ini dengan menggandeng sekolah-sekolah melaksanakan program ajar : kecil menanam dewasa memanen ini, rasanya menjadi penting untuk diterjemahkan dalam kurikulum semua level jenjang pendidikan. Pendidikan karakter mencintai dan merawat bumi akan muncul sejak dari murid mulai mengenal bangku sekolah dari level paling kecil sampai jenjang-jenjang berikutnya yakni mulai dari playgroup sampai jenjang Sekolah Menengah Atas pun program ini masih relevan untuk menjadi sarana pembentuk jiwa pecinta lingkungan sekitar yang sehat dan hijau. Program kegiatan siswa menanam ataupun hari lingkungan di sekolah adalah beberapa contoh aktifitas bagi peserta didik di sekolah.
Kegembiraaan siswa menjalani proses edukasi merawat bumi dan mencinta lingkungan akan menyisakan kesadaran yang tidak mudah luntur dalam keterlibatan dirinya meski mereka telah menjadi alumni di jenjang sekolah yang dijalaninya. Hal ini tidak terlepas dari penyerapan ilmu yang langsung dipraktekkan dengan suka cita akan menjadikan revolusi mental cintai bumi tumbuh subur dan menjiwai pola pikir seiring dengan kedewasaan usia mereka. Sikap cinta lingkungan akan menumbuhkan pembiasaan positif dalam memelihara lingkungan menjadi terjaga, sehat, dan nyaman akan menjadi ‘habit’ yang melekat dalam diri siswa.
Jiwa kewirausahaan menjadi efek samping positif dalam model pembelajaran di sekolah yang menerapkan kurikulum KMDM ini. Kemampuan menyemai, membiakkan tanaman, serta membuat pupuk akan menjadikan peluang bagi siswa untuk menjadi wirausaha dengan menjual dan mendapatkan hasil dari aktifitas ini. Program KMDM dari dinas Kehutanan sebagai pendamping sekolah-sekolah ini dalam membentuk karakter anak mencintai bumi, dengan tahapan-tahapan yang lebih terstuktur, mulai dari sosialisasi, penyamaan visi dan misi, pengadaan bibit dan pupuk, serta pendampingan keberlanjutan pembelajaran model KMDM ini.
Semoga upaya pemerintah lewat Dinas Kehutanan dapat segera didukung oleh Dinas Pendidikan sebagai pengambil kebijakan terkait kurikulum, dapat menjadikan semua sekolah tanpa kecuali untuk menjadikan peserta didik mengalami revolusi mental cintai bumi. Pada akhirnya hasil akhir dari model pembelajara ini adalah menjadikan anak bangsa memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, kreatif dan inovatif, peduli dan menyayangi lingkungan, yang selanjutnya anak akan tumbuh menjadi generasi muda yang cinta lingkungan serta memiliki jiwa kewirausahaan. Dengan demikian diharapkan lingkungan akan terjaga, terpelihara, serta kualitas lingkungan yang terjaga bisa dioptimalkan. (*)
– OLEH:
Berta Bekti Retnawati,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang.
sumber : www.radarsemarang.com