Program Studi Magister Akuntansi (Maksi) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unika Soegijapranata memiliki mata kuliah baru yakni Pendidikan Profesi Akuntan Publik (PPAP).
Wakil Dekan II FEB Unika Soegijapranata, Yusni Warastuti menuturkan, dengan adanya mata kuliah PPAP ini bisa memberikan bekal yang kuat, baik secara teori maupun praktik.
"Terlebih dalam kondisi sekarang ada kebijakan untuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sehingga diharapkan mahasiswa tidak hanya belajar di kampus tapi juga di dunia nyata," kata Yusni dalam webinar yang diadakan Maksi, Rabu (25/8/2021).
Webinar yang bertajuk Tantangan dan Peluang Pendidikan Profesi Akuntan Publik (PPAP) di Era Kampus Merdeka serta Digital Accounting dihadiri para mahasiswa Maksi FEB Unika Soegijapranata, pengelola Makai se-Indonesia, dan para calon mahasiswa Maksi FEB yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP).
"Ini sebagai upaya dari Prodi Maksi Unika Soegijapranata, memberikan yang terbaik bagi lulusannya. Salah satunya dengan memberikan sertifikasi CPA (Certified Public Accountant) sebagai gelar plus, disamping gelar Magister Akuntansi," jelasnya.
Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Tarkosunaryo saat menjadi narasumber dalam webinar menuturkan, IAPI merupakan pemegang amanat UU sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik (APAP).
"Dan salah satu realisasinya adalah menyelenggarakan ujian Profesi Akuntan Publik (ujian CPA)," ucap Tarkosunaryo.
IAPI terus berusaha untuk bisa merumuskan standar akreditasi bagi penyelenggara PPAP ini, tentu saja tidak mudah, perlu proses yang panjang.
Sementara, narasumber kedua yakni Koordinator Mata kuliah Pilihan PPAP Maksi FEB Unika Soegijapranata, Theresia Dwi Hastuti memaparkan tantangan dan peluang dunia pendidikan akuntansi di era digital.
"Apa yang dikembangkan IAPI adalah bagaimana kita bisa menjadi tuan di negeri sendiri bahkan bisa masuk ke pasar di tingkat Asean," tegas Theresia.
Oleh karena itu dalam segala profesi, khususnya profesi auditor dituntut untuk bisa menguasai keterampilan masa depan.
Antara lain complex problem solving, social skill, process skill, system skill, dan cognitive abilities.
Seorang akuntan diharuskan menjadi orang yang multi tasking dan multi dimensi, yang bisa dipandang dalam aspek perkembangan perusahaan.
Ada pula tiga bidang ilmu yang bisa menjadi bekal untuk akuntan masa depan, yaitu computer science, business atau domain expertise, math, dan statistic.
Ia mengatakan, peran akuntan profesional di era digital, menurut Kirstin Gillon dari The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), meliputi mampu memanajemen risiko, sebagai penasihat pengambilan keputusan bisnis.
Kemudian, pengendali aplikasi, perangkat lunak, hingga pengawal proses dan orang yang melakukan.
Lalu harus bisa mengidentifikasi risiko dan peluang teknologi, serta auditor harus paham dinamika cyber security.
"Berkaitan skema magang berbasis dunia usaha dan industri, kita melakukan dua skema yaitu mahasiswa melaksanakan kegiatan magang di industri dan dunia usaha dalam hal ini kantor KAP. Serta skema mahasiswa melaksanakan kegiatan magang di kampus utamanya dan berkolaborasi dengan dunia usaha," imbuhnya.