Mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyatakan, implementasi Pancasila perlu diperdalam lagi untuk menjawab kebutuhan generasi masa depan. Pancasila harus mampu membangun sifat humanisme atau kemanusiaan dari tiap warga warga.
“Tantangan masa depan itu munculnya generasi baru yang didominasi IT. IT mendominasi kehidupan manusia di masa depan, sehingga orang banyak teralienasi dengan kehidupan bermasyarakat, karena terus di kamar masing-masing, itu tren kehidupan ke depan,” kata Mahfud, seusai memberi kuliah umum di Unika Semarang, Senin (8/10/2018).
Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila mengatakan, implementasi pancasila untuk generasi yang lahir setelah 2010 atau generasi Alpha perlu disiasati agar nilai Pancasila tetap relevan.
Pancasila dibutuhkan untuk terus membangun watak manusia yang memadukan hati nurani dan otak agar berjalan secara beriringan.
“Pancasila relevan karena pendidikan watak membangun manusia, hati nurani dan otak berjalan seimbang. Kalau generasi umum cenderung pada kecerdasan otak, tapi kemanusiaan lemah. Maka pancasila perlu diperdalam, diinternaliasi ke lembaga pendidikan,” tambahnya.
BPIP pun telah merancang agar Pancasila kembali masuk ke semua kurikulum pelajaran di semua tingkatan pendidikan. Pancasila tidak saja masuk di materi pelajaran, namun akan berdiri sendiri.
“Dalam rancangan sistem pendidikan nasional, bahan mata kuliah pancasila masuk resmi ke kurikulum ke semua jenjang pendidikan. Nama Pancasila harus disebut, karena namanya kalau tidak disebut akan hilang dengan sendirinya,” tandasnya.
Terkait tantangan generasi alpha, Mahfud menilai penguatan pada persatuan Indonesia dikuatkan. Ia tidak ingin generasi alpha justru menjadi orang yang teralienasi dengan masyarakat di sekitarnya.
“Tantangan ke depan kalau teralienasi yang tergerus itu rasa nasionalisme. Orang beli makanan Singapore tidak disana, tapi beli di tiap kota disini. Itu menyebabkan rasa nasionalisme batas berbangsa bisa berkurang dan itu perlu diantisipasi,” pungkasnya.
Sementara itu, Rektor Unika Semarang Ridwan Sanjaya menambahkan, pendidikan pancasila di kampusnya telah dilakukan sejak penerimaan mahasiswa baru. Ketika masuk, tiap peserta akan dibekali materi kebangsaan.
“Nilai Soegijaparanata itu kebangsaan, 100 persen Katolik 100 Indonesia itu tidak saja di penerimaan mahasiswa baru saja, tapi di kegiatan yang lain,” tambahnya.