Belajar merupakan proses penting untuk mengubah hidup manusia. Tanpa pernah belajar sulit rasanya, menggapai kesuksesan, atau tangga keberhasilan. Belajar juga jembatan mematangkan pribadi atau institusi. Hal tersebut dikemukakan Rektor Unika Soegijapranata, Prof Dr Budi Widianarko, saat menjadi pembicara dalam Forum Sinau Bareng Sekolah Karangturi (Sibak) di auditorium Kompleks Graha Padma Sabtu (14/1).
”Namun untuk bisa berubah atau bertransformasi dibutuhkan tempat. Bentuknya adalah sekolah. Dengan menerima ilmu di sekolah manusia akan bertransformasi menuju yang lebih baik,” tutur guru besar ilmu pangan itu, di hadapan siswa dan guru yang hadir. Budi berbicara tidak seorang diri. Forum itu mengundang Wali Kota Hendrar Prihadi, dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin. Adapun pengusaha Harjanto Halim didaulat menjadi moderator.
Menurut Budi, karena sekolah sarana penting yang dapat mengubah hidup seseorang, segala sesuatunya harus disiapkan. Tak sebatas, sarana prasarana, melainkan metode pembelajaran, harus menjadi jaminan.Di dalamnya, mencakup kesiapan guru memberikan banyak ilmu.
”Membahas mengenai guru, ilmu yang diberikan manfaatnya baru dirasakan kelak di kemudian hari . Saya sendiri mengajar hampir 30 tahun dan merasa bersyukur ketika pemikiran saya akhirnya bermanfaat mendorong keberhasilan orang,”ucap dia.
Bunyamin mengatakan ilmu tak akan bisa diberikan dengan baik tanpa tangan dingin para guru. Dia meminta pendidik bersikap bijaksana saat mengajar murid di depan kelas.
”Adakalanya terdapat guru yang sebenarnya sangat perhatian namun malah dianggap cerewet. Atau sikapnya tegas malah dianggap galak. Sementara yang pendiam dinilai kurang peduli,”urainya.
Yang paling ideal, guru harus bersikap bijaksana menuntun dan mengarahkan siswanya berubah lebih baik. Wali Kota Hendrar Prihadi menilai sekolah juga harus menjadi ajang menanamkan rasa cinta tanah air. Menurutnya, forum yang diselenggarakan Sekolah Karangturi ini sangat bagus. Tanpa menutup kemungkinan sekolah lain bisa menyelengarakan kegiatan serupa. (Suara Merdeka 16 Januari 2017, hal. 22, http://berita.suaramerdeka.com)