Oleh: Lucia Hernawati, Dosen Fakultas Psikologi-Unika Soegijapranata
Di Indonesia peringatan Hari Ibu bukanlah sebagai Mother’s Day yang dimaknai sebagai hari istimewa untuk memberikan penghargaan kepada kaum ibu yang selama ini berjasa di dalam peran domestik. Hari Ibu diperingati sebagai momentum untuk mengenang dan menghargai semangat serta perjuangan kaum perempuan dari berbagai latar belakang dalam pergerakan, merebut, menegakkan dan mengisi kemerdekaan.
Dengan memperingati Hari Ibu diharapkan seluruh rakyat Indonesia, terutama generasi muda memahami momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan, serta gerak perjuangan kaum perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Saat ini perempuan tidak hanya menjadi pengguna hasil pembangunan, namun juga ikut berperan melaksanakan dan berpartisipasi di segenap aspek pembangunan bangsa. Perempuan memiliki peran-peran yang strategis dalam mendorong pembangunan, yakni sebagai manajer rumah tangga, sebagai pelaku ekonomi dan sebagai perempuan karier. Peran strategis perempuan dalam pembangunan bangsa tidak bisa dipandang sebelah mata.
Perempuan memegang peranan strategis yakni sebagai pengelola rumah tangga (mengatur rumah, mengasuh anak dan melayani suami), berperan sebagai pekerja transisi (bekerja dalam bidang usaha keluarga) dan sebagai pekerja diluar rumah tangga atau perempuan karier.
Menjalankan peran sebagai manajer rumah tangga, pekerja transisi, perempuan karir bukanlah hal yang mudah bagi perempuan. Keinginan perempuan untuk berkarya setara dengan laki-laki dalam mendukung pembangunan Indonesia masih dalam perjuangan panjang. Kesetaraan gender menjadi sorotan dalam rangka memajukan peran perempuan dalam pembangunan.
Dilihat dari sudut pandang kemampuan secara intelektual laki-laki dan perempuan dalam kapasitas dan potensinya sama. Namun dalam aktualisasi kesetaraan gender, masih banyak faktor eksternal dan internal perempuan yang perlu diperbaiki. Misalnya pandangan masyarakat yang masih memandang ranah kaum perempuan ada dalam keluarga, menjebak perempuan untuk tidak mengambil bagian pada pekerjaan di luar rumah.
Demikian pula kebijakan pemerintah dan beberapa tempat kerja yang belum mendukung multitasking perempuan. Seperti promosi kerja lebih diutamakan untuk laki-laki daripada perempuan. Di samping itu memang ada beberapa karakter kepribadian perempuan yang perlu diperbaiki jika ingin berkarya secara setara dengan laki-laki. Seperti misalnya perempuan berkecenderungan emosional, kurang mampu membuat prioritas dan mengelola waktu, inferior, merasa diri tidak mampu, kerap membuat judgement secara sepihak, kurang memiliki energi yang cukup untuk menjalani semua aktivitas rutin harian, merasa bersalah tidak menghabiskan waktu dengan keluarga.
Bila diperhatikan dengan lebih detail pada peran perempuan dalam karyanya sebagai manajer rumah tangga, tugas mulia menjadi istri dan ibu membuatnya harus mengelola rumah tangga, mendidik anak dan menjaga keharmonisan keluarga. Perempuan menjadi manajer yang mengurus mulai dari urusan domestik, membimbing belajar anak, hingga menemani suami nonton televisi. Walau perempuan (ibu) tidak bekerja sendirian, suami dan anak-anak turut membantunya, namun tantangan perempuan dalam peran sebagai manajer rumah tangga adalah menjadi menjadi sosok yang adil, bijak dan pembawa damai serta mampu mendelegasikan semua aktivitas rumah tangga kepada seluruh anggota keluarga secara empatik.
Apakah mudah? Tentu jawabnya tidak. Ibu yang tangguh dalam mengupayakan komunikasi dua arah pada seluruh anggota keluarga menjadi kunci yang penting dalam mencapai win-win solution bagi seluruh anggota keluarga untuk mengerjakan semua kepentingan bersama dalam keluarga.
Pekerja transisi
Banyak perempuan juga berperan sebagai pekerja transisi (bekerja dalam bidang usaha keluarga). Peran ini dipilih sebagai sarana aktualisasi potensi diri dan upaya meningkatkan keuangan keluarga. Dalam mengelola bidang usaha keluarga, tantangan perempuan antara lain berupa kemampuan empati dalam memahami berbagai pemikiran dari anggota keluarga besar dan mengakumulasikannya secara win-win, mampu mengelola waktu dalam menjalankan multitasking antara aktivitas dalam rumah tangga dan bidang usaha keluarga, tangguh dan penuh percaya diri dalam menjalankan berbagai aktivitas di rumah dan bidang usaha walau tidak melupakan evaluasi diri secara periodik, berani mengambil risiko, mampu membangun jaringan dan enerjik.
Semakin banyak perempuan terdidik, semakin banyak pula perempuan yang berminat bekerja di luar rumah tangga sebagai perempuan karier. Hingga saat ini sudah banyak perempuan yang sukses dalam bidang kerja yang ditekuninya. Banyak contoh perempuan yang sukses dalam karirnya dan juga berprestasi, diantaranya Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya yang sudah mendapatkan banyak penghargaan atas gebrakan-gebrakannya dalam memimpin kota Surabaya, Susi Pudjiastuti mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang dengan tegas dan berani menenggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan di laut Indonesia, Sri Mulyani perempuan Indonesia pertama yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang kini untuk ketiga kalinya menjabat sebagai Menteri di Indonesia dan sudah beberapa kali menyabet penghargaan di bidangnya.
Megawati mantan Presiden dan juga pernah menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia dan masih banyak lagi perempuan-perempuan yang hebat dan sukses dalam karirnya dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi kaum perempuan dalam mengembangkan karir di tempat kerja. Pada peran sebagai perempuan karir, tantangan yang dimiliki perempuan antara lain kemampuan untuk mengelola waktu dalam menjalankan multitasking antara aktivitas dalam rumah tangga dan tempat kerja, tidak perlu merasa bersalah meninggalkan keluarga karena saat waktu yang berkualitas bersama keluarga dapat diperoleh melalui berbagai aplikasi media sosial, tampil asertif, penuh percaya diri, tangguh, empatik, dan enerjik.
Perempuan memiliki peran yang sentral dalam kehidupan sehari-hari. Bila perempuan dapat berkarya secara asertif, penuh percaya diri, tangguh, mampu mengelola waktu mengerjakan multitasking-nya, empatik, enerjik dalam berbagai aktivitasnya dalam keluarga maupun usaha keluarga atau di tempat kerja di luar rumah maka harapannya perempuan dapat menjadia agen perubahan bagi semua pihak di luar dirinya.
Diharapkan pihak lain yaitu laki-laki (suami/rekan kerja laki-laki) maupun anak-anak dapat belajar darinya/menirunya untuk terus mengembangkan karakter positif tersebut. Dengan demikian dalam jangka panjang keharmonisan dalam kesetaraan gender dalam mendukung pembangunan Indonesia dapat tercapai.
Di akhir tulisan ini, saya ingin mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk terus mengembangkan potensi diri agar dapat berkarya setara dengan laki-laki dalam mendukung pembangunan Indonesia. Selamat Hari Ibu.
Sumber: Tribun Jateng 22 Desember 2020 hal. 2
https://jateng.tribunnews.com/2020/12/22/memaknai-hari-ibu-sebagai-sebuah-tantangan.