Oleh: dr Indra Adi Susianto MSi Med SpOG, Dekan Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata.
HAMPIR dua tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Namun, kasus aktif hingga kini masih naik-turun, belum bisa dipastikan kapan akan berakhir. Para pakar memprediksi pandemi akan menjadi endemi. Hal ini berdasarkan temuan dari penelitian yang melibatkan 100 ahli imunologi hingga para ahli virologi, 90 persen di antara mereka setuju Covid-19 akan menjadi endemi.
Berdasarkan temuan mereka, dalam konferensi pers Nota Keuangan pada 16 Agustus 2021, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, pandemi Covid-19 tak akan hilang dalam waktu singkat. Dia mengatakan, masyarakat mungkin akan tetap hidup bersama virus korona ini dalam 5-10 tahun lagi. Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyampaikan, kita mungkin melihat pada 2022 akan mengalami suatu masa bahwa pandemi menjadi endemi. Menurutnya, pemerintah tengah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi endemi pada tahun depan. Salah satunya dalam penguatan program vaksinasi dan sistem kesehatan.
Sementara itu, dalam acara Penguatan Penanganan Covid- 19, Kamis (19/8), Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Ganip Warsito mengatakan, tujuan besar penanganan Covid-19 mulai saat ini protokol kesehatan harus tetap terjaga agar masyarakat dapat produktif dan aman dari penularan virus korona.
Dari beberapa statemen dan keyakinan tersebut, mungkinkah pandemi di negeri ini akan menjadi endemi pada 2022? Mari kita menganalisis lebih jauh dengan memahami terlebih dahulu pengertian pandemi dan endemi serta perbedaannya.
Epidemi adalah kehadiran konstan dari suatu penyakit atau infeksi dalam wilayah geografis dengan persentase orang yang terinfeksi akan selalu ada. Sejak teridentifikasi pada Desember 2019 hingga kini, Covid-19 adalah pandemi. Namun, bukan tak mungkin ke depan, pandemi akan berubah status menjadi endemi.
Sementara itu, perbedaan antara pandemi dan endemik terletak pada prediktabilitas. Pandemi sering kali berada pada situasi ketidakpastian, sedangkan endemi akan menjadi sesuatu yang sering ada dan lebih bisa diatasi. Contoh HIV sebagai jenis virus endemik. HIV belum hilang, tetapi sudah ada terapi dan metode pencegahan dan orang tidak merasa takut seperti sebelumnya. Bahkan, pengobatan modern menawarkan kehidupan yang panjang dan sehat untuk orang dengan HIV.
Malaria juga menjadi salah satu contoh kasus endemi yang terjadi di wilayah tertentu. Malaria bisa dibilang memiliki tingkat penularan tertinggi, bahkan fatal yang disebabkan oleh parasit dan ditularkan oleh nyamuk ke manusia. Kasus penyakit malaria lebih sering terjadi di daerah hangat dekat dengan garis katulistiwa yang otomatis menjadi negara endemik malaria. Karena itu, wisatawan yang datang ke negara tersebut memerlukan obat pencegahan malaria.
Tiga Pilar
Yang perlu digarisbawahi, kemungkinan Covid-19 menjadi virus endemik untuk saat ini masih menjadi hipotesis. Harus dibuktikan kebenarannya. Sebab, virus terutama yang telah menyebar luas seperti Covid-19, tidak bisa hilang begitu saja. Satu kasus infeksi disebut menjadi endemi ketika tetap pada tingkat yang relatif konstan di suatu wilayah geografis tanpa penambahan kasus dari luar ke daerah tersebut.
Penyakit menular hanya berhenti menyebar di suatu laju reproduksi patogen jika tetap di bawah satu. Jika laju reproduksi patogen sama dengan satu maka setiap orang yang terinfeksi akan menyebarkan virus ke rata-rata satu orang lainnya. Jadi, setiap kali seseorang sembuh atau meninggal dari infeksi, orang lain sudah terinfeksi. Hal ini pada gilirannya, menjaga jumlah total orang yang terinfeksi dalam populasi kurang lebih sama. Cara yang mungkin dilakukan untuk membuat laju reproduksi patogen tetap di bawah satu adalah dengan menemukan sesuatu yang dapat mencegah setiap orang menularkan satu orang dengan yang lainnya.
Pada kasus Covid-19, pandemi akan menjadi endemi bergantung pada penanganannya. Khusus di Indonesia, pemerintah mempunyai peta jalan berdasarkan tiga pilar. Pertama, pelaksanaan protokol kesehatan 5M. Kedua, meningkatkan pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan treatment). Ketiga, meningkatkan capaian vaksinasi.
Khusus pilar ketiga, pemerintah saat ini terus mengejar target vaksinasi kepada 208 juta penduduk hingga akhir 2021. Target vaksinasi sudah ditingkatkan, terutama dengan adanya penambahan usia yang boleh divaksin sampai 12 tahun. Vaksinasi sudah menyasar kepada lebih dari satu juta orang per hari. Hingga 17 Agustus lalu, rata-rata vaksinasi harian mencapai 1,15 juta dosis. Hal ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-9 secara global dari segi jumlah penduduk yang sudah divaksin.
Diharapkan tiga pilar tersebut bisa dijalankan dengan baik didukung semua komponen bangsa dan masyarakat. Maka saat pandemi Covid-19 ini berubah status menjadi endemi, jangan heran jika kelak saat Anda sakit, dokter akan bertanya, apakah Anda terserang flu biasa atau virus korona.
Kita harus optimistis dan yakin pandemi ini dapat dikendalikan meskipun menjadi endemi dengan hidup berdamai dan berdampingan dengan virus korona, karena masih akan ada potensi kesakitan dan kematian akibat Covid-19. Maka penerapan 3T, 5M, dan vaksinasi ini harus digencarkan di seluruh wilayah di Indonesia.
Saat semua usaha sudah dilakukan secara maksimal, kebenaran hipotesis pandemi Covid- 19 menjadi endemi hanya bisa dibuktikan seiring dengan berjalannya waktu.
►Suara Merdeka 23 Agustus 2021 hal. 4
https://www.suaramerdeka.com/opini/pr-04942793/mencegah-pandemi-jadi-endemi?page=all