Penggunaan transportasi massal di perkotaan di Jawa Tengah dinilai peneliti dari Unika Soegijapranata, Joko Setijowarno, belum sepenuhnya terwujud dengan baik. Penyebabnya adalah masih kurangnya kesadaran bersama masyarakat dan pemangku kebijakan. Meski demikian, Joko optimistis dalam beberapa tahun ke depan transportasi massal akan terlaksana secara bertahap, karena melihat manfaat yang sudah jadi kebutuhan bersama.
Saat ini dari sisi masyarakat memang merasa lebih praktis menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi. Terutama untuk warga yang tinggal jauh dari perhentian angkutan umum. Pilihan sepeda motor juga demi kelincahan untuk menghindari kemacetan. Padahal akhirnya dengan makin banyaknya pilihan bersepeda motor, jalan juga jadi macet. Sementara warga yang memilih memakai mobil pribadi juga terlihat tidak berkurang. Pilihan terhadap angkutan massal tidak segera memasyarakat mengingat adanya angkutan online, orang dimudahkan dalam banyak hal.
Yang jelas dengan layanan pribadi sampai di depan rumah dikenai tarif lebih murah daripada taksi konvensional. Jika di jalan macet, harga perjalanan tetap, karena tidak pakai argo. Pergi ke pusat perbelanjaan atau mal juga praktis. Tidak usah cari tempat parkir dan tak usah bayar parkir yang mahal.
Tentu kemajuan dan kepraktisan teknologi yang menyediakan sarana transportasi online yang lebih murah dan praktis ini membawa konsekuensi semakin banyak mobil pribadi yang menjadi angkutan di jalan. Jelas ini membuat jalan bertambah macet. Situasi inilah yang harus segera dicarikan solusinya oleh para pemangku kebijakan, terutama dalam penyediaan angkutan massal yang bisa menjangkau lebih banyak orang dan nyaman.
Pemerintah memang perlu lebih serius dalam memikirkan dan menyediakan transportasi massal. Bus rapid transit (BRT) hanyalah salah satu alternatif. Memang BRT ini semakin diminati oleh masyarakat dibandingkan menaiki angkutan kota yang kondisinya tidak manusiawi. Namun tampaknya BRT pun belum optimal melayani. Seperti keterbatasan armada dan sopir yang tidak layak dalam melayani penumpang. Mewujudkan transportasi massal yang layak merupakan keniscayaan. Mulai sekarang pemerintah perkotaan memang harus memikirkan konsep angkutan massal selain BRT. Light rail transit (LRT) bisa menjadi alternatif pemikiran sebagai salah satu transportasi modern.
Selain bisa mengangkut lebih banyak penumpang, juga bisa lebih bebas macet. Dan tentu saja karena memiliki jalur sendiri, kereta jenis ini tidak menambah kemacetan di jalanan.
►https://www.suaramerdeka.com/smcetak, Suara Merdeka 20 Desember 2018 hal. 4