SEMARANG – Publikasi internasional hasil penelitian dosen sangatlah minim. Berdasarkan data dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, hanya 20 jurnal di Indonesia yang terindek Skopus (internasional). Sementara itu jumlah dosen se-Indonesia sebanyak 179 ribu.
Menurut Direktur Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti, Ocky Karna Radjasa, dosen harus dilatih agar memiliki kepercayaan diri serta memiliki kemampuan untuk melakukan publikasi di jurnal internasional. ”Minat sendiri juga sangat tinggi, tahun 2015 kami mendanai 12 ribu proposal penelitian, tahun 2016 baru 16 ribu,” ujar Ocky saat ditemui usai menghadiri diskusi di Unika Soegijapranata, Kamis (17/12).
Menurut Ocky, minimnya publikasi internasional tersebut dikarenakan banyaknya paradigma yang berkembang pada Pendidikan Tinggi (PT) hanya menguatkan Tridharma PT. ”Harus berubah paradigmanya, karena sekarang ada yang disebut hilirisasi dan komersialisasi penelitian,” katanya.
Selama ini hasil riset dan terapan di PT hanya berhenti pada level laporan dan hak paten. Pihak PT tidak ada upaya untuk dilakukan hilirisasi maupun komersialisasi hasil penelitian tersebut. ”Kemenristekdikti memiliki prospek membenahi dari arah tersebut,” katanya.
Penelitian dan pengabdian, menjadi core yang utama pada PT. Di satu sisi melalui penelitian tersebut juga akan memudahkan dosen untuk akses ke lembaga penelitian non kementerian yang ada di bawah Kemenristek Dikti, seperti halnya LIPI. ”Hambatan fasilitas riset juga akan hilang,” katanya.
Selain itu, di satu sisi juga akan membantu LPMK untuk ikut berkontribusi pada PT sebagai dosen tamu atau dosen luar biasa serta melakukan kerja sama riset. Ocky juga mengatakan, terkait dengan pendanaan riset tahun 2016 pemerintah melalui Kemenristek Dikti menggelontorkan anggaran sebesar Rp 1,365 triliun. ”Itu masih ada kemungkinan ditambah karena ada RAPBN perubahan, karena sebelumnya kita usulkan Rp 1,8 triliun,” katanya.
Anggaran tersebut terbagi menjadi dua yaitu kompetitif dan desentralisasi. Persentase untuk dana kompetitif yaitu sebesar 30 persen dan 70 persen untuk dana desentralisasi. Anggaran tersebut juga masih akan dibagikan berdasarkan empat kriteria PT antara lain mandiri, utama, madya dan binaan.
Sementara itu, Rektor Unika Soegijapranata, Budi Widjanarko mengatakan saat ini peningkatan penelitian di PT harus ditingkatkan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari pemerintah yaitu terkait dengan hilirisasi dari penelitian. ”Banyak penelitian yang hanya mengendap di kampus dan ini ke depan harus benar-benar dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas,” katanya. (ewb/ric/ce1)
sumber : www.radarsemarang.com, spiritriau.com,