Guru besar arsitektur Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) Prof Dr Ir Josef Prijotomo MArch mengkritisi dan mengkritik keras akan ‘ketololan’ orang-orang Indonesia, di antaranya di bidang arsitektur.
Jelas-jelas Barat mengembangkan arsitektur disesuaikan dengan kondisi alam 4 musim di Eropa dan Amerika yang akhirnya membuat bangunan kokoh dengan sistem pondasi kuat dan tembok agar bangunan terhindar dari cuaca ekstrim dingin, Juga membuat AC sebagai alat untuk memanaskan ruangan di Barat saat musim dingin. ‘Tolol’-nya karena Indonesia menirunya mentah-mentah meski beda kondisi alamnya.
“Indonesia hanya 2 musim, tidak 4 musim dan cuacanya sangat bersahabat, tidak ektrim. Harusnya tidak perlu tembok kokoh maupun pondasi superkuat yang malahan membahayakan bangunan kalau pas gempa atau banjir atau bencana lainnya. Cukup dengan penutup bambu (tirai) tidak usah tembok, juga tanpa pondasi kuat tetapi cukup nancap tiangnya di tanah atau sistem rumah panggung yang oleh nenek moyang orang Indonesia sudah sangat jenius dibuat sejak lama," ujar Prof Dr Ir Josef Prijotomo MArch pada Dies Natalis ke-34 Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang di kampus setempat, Jumat (05/08/2016).
Menurut Prof Josef, masyarakat Indonesia sebetulnya tahu akan kekeliruan tersebut tetapi tidak mau mengakui kesalahan ini sehingga dengan agak keras Prof Josef menyebut orang Indonesia untuk hal ini ‘tolol’. Karena itu, berharap masyarakat Indonesia yang berkecimpung dengan masalah arsitek mau ‘tobat’ dan mau mengajarkan sebanyak-banyaknya ilmu arsitektur nusantara yang sangat kaya, beragam dan jenius. Contoh nyata akan kejeniusan arsitektur nusantara yaitu pemakaian umpak (semacam paku dari kayu) yang dulu banyak dipakai bangunan nusantara, sementara cara itu sekarang ditinggalkan dan diganti dengan paku serta material ala Barat lainnya yang sebetulnya tidak ramah lingkungan dan tidak cocok bagi kondisi Indonesia.
“Janganlah mengartikan globalisasi itu semua yang dari Barat dibawa mentah-mentah ke Indonesia dan tidak cocok nyatanya tetapi artikan globalisasi sebagai membawa budaya kita, termasuk arsitektur, ke global. Karena masyarakat Barat sesungguhnya mengakui kejeniusan arsitektur nusantara. Hanya kita sendiri justru yang “tolol” “ tandas Prof Josef.
Tautan : http://krjogja.com