Di tengah pandemi Covid-19, upaya pelestarian wayang tetap terus berjalan. Ruang virtual menjadi pilihan satu-satunya mulai dari pameran hingga pertunjukan.
Pertunjukan daring
Di Semarang, pembatasan sosial memengaruhi kelangsungan pentas Wayang Orang Ngesti Pandowo selama hampir dua bulan. Pembatasan sosial didukung oleh Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 440/ 0005942 perihal Penundaan atau Membatasi Kegiatan yang Menghadirkan Orang Banyak pada Tempat Umum dan Surat Edaran Wali Kota Semarang No B/ 1395/ 440/ III/ 2020 tentang Kewaspadaan terhadap Penularan Coronavirus Disease (Covid-19) di Kota Semarang. Penasihat Yayasan Wayang Orang Ngesti Pandowo, Ridwan Sanjaya, mengatakan, tidak ada lagi kegiatan pentas rutin. Sekitar 96 anggota kehilangan mata pencarian.
Kendati demikian, para anggota tetap optimistis dan berusaha tetap eksis menghibur masyarakat luas dengan membuat konten pertunjukan di Youtube. Produksi video dilakukan secara terpisah di sejumlah lokasi. Ide cerita berasal dari internal dan sutradara.
Menurut rencana, video pertunjukan wayang orang akan tayang setiap Senin, Rabu, dan Jumat pukul 16.00. Saat ini sudah ada lima video yang siap ditayangkan. Siapa pun yang menonton bisa membantu berdonasi melalui beberapa uang elektronik, seperti GoPay dan OVO.
”Kami paham, kondisi sekarang (pandemi Covid-19) tidak bisa dipaksakan untuk pentas di ruang fisik. Kami berdamai dengan kondisi dengan tetap tampil di ruang virtual. Bagi kami sekarang, hal terpenting adalah tetap semangat produksi video pertunjukkan meskipun pendapatannya belum tampak di mata,” kata Ridwan.
Menurut dia, di beberapa negara, wisatawan mancanegara sudah mulai mau menghargai pertunjukan sejenis dengan biaya lebih mahal. Oleh karena itu, pementasan wayang di ruang virtual pun jangan sampai dikemas ala kadarnya. Seniman dan pelaku kebudayaan lainnya harus mengemas mulai dari produksi, distribusi, dan mekanisme pembayaran secara profesional. Penguasaan teknologi menjadi keharusan.
Menurut Ridwan, bermigrasi ke teknologi digital memang amat membantu kegiatan pelestarian wayang. Di luar itu, yang tak kalah penting adalah memonetisasi teknologi digital sehingga seniman tetap bisa berkarya dan menggantungkan hidup.
Baca juga: Sambatan Virtual Pemain Wayang
”Untuk konteks pertunjukan wayang di ruang virtual, tantangannya adalah memindahkan kebiasaan beli tiket di dunia nyata atau menggantinya ke bentuk donasi yang tidak terikat waktu pentas,” katanya.
►https://kompas.id/baca/sekilas/2020/05/13/nonton-wayang-bisa-lewat-google-arts-and-culture/