NUNI yang merupakan Jejaring perguruan tinggi Nusantara bekerja sama dengan Unika Soegijapranata menyelenggarakan Wokshop Penulisan dengan tema “Suara Mahasiswa dari NUNI untuk Keberagaman dan Kesatuan Indonesia”.
Acara yang diselenggarakan secara daring ini, menghadirkan narasumber seorang sastrawan Indonesia, Redaktur Pelaksana salah satu media cetak dan juga dosen Penulisan Kreatif Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, yaitu Triyanto Triwikromo SPd MHum.
Dalam acara yang diikuti oleh sekitar 50 lebih mahasiswa ini, Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Unika Soegijapranata Benedictus Danang Setianto SH LLM PhD mengemukakan bahwa kegiatan workshop ini adalah kegiatan yang mengawali serangkaian kegiatan yang dirancang oleh NUNI dalam rangka peringatan 10 tahun deklarasinya.
“Adanya gagasan dari komite di NUNI, dalam memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyuarakan pendapatnya secara lebih populer. Artinya tidak harus berupa tulisan yang serius tetapi penting untuk Indonesia, sehingga mendorong diselenggarakannya workshop ini dengan menghadirkan sosok legend di bidangnya yaitu Triyanto Triwikromo SPd MHum,” kata pria yang akrab disapa Benny itu.
Membuka paparan materinya, Triyanto Triwikromo mengungkapkan bahwa dia dulu juga bertolak dari mahasiswa untuk mengawali karirnya. Ia berharap agar mahasiswa berani memulai untuk mengutarakan gagasan-gagasan yang biasanya justru lebih berani ketimbang orang-orang yang sudah malang melintang menulis, karena mahasiswa masih memiliki gaya amarah intelektual yang luar biasa sehingga akan muncul tulisan-tulisan yang menarik.
“Menulis adalah melakukan tugas historis, karena dengan menulis maka kita merekam jejak dengan persoalan-persoalan dan menganalisisnya serta memberikan solusi,” terangnya.
Menulis kata dia, mengandung tiga hal yang harus diketahui, yang pertama menulis mengandung makna teologis, atau makna peribadahan yaitu suatu tindakan yang mendekatkan seseorang kepada surga. Yang Kedua, menulis selalu berkait dengan perekaman jejak suatu peristiwa yang diabadikan di dalam tulisan, sehingga dengan demikian menulis adalah melakukan tugas historis.
Yang ketiga dan tak kalah pentingnya juga, menulis adalah mengaktualisasikan diri, mengekspresikan diri, mengeksiskan diri atau dalam bahasa filsafat mengadakan diri.
“Jadi menulis adalah melakukan tugas yang luar biasa penting dan bukan tindakan sederhana, karena didalamnya mengandung tiga hal, yakni aku menulis karena aku beribadah, aku menulis karena aku bermakna bagi sejarah, dan aku menulis karena aku ada,” tegasnya.
Selanjutnya dalam penjelasan materi workshop penulisan, Triyanto Triwikromo juga mengemukakan bahwa artikel adalah tulisan yang berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang objektif, juga sekaligus menampilkan analisis, kesimpulan dan saran-saran yang sifatnya subjektif.
“Jenis tulisan artikel sering disebut sebagai tulisan ilmiah populer. Dan dikatakan demikian karena artikel adalah tulisan ilmiah yang disajikan secara populer , sehingga tulisan ilmiah populer adalah tulisan ilmiah yang disajikan sedemikian rupa sehingga mengundang minat baca banyak orang,” ungkap dia.
Yang penting, kata dia, adalah cara menyajikan tulisan, karena meski orang punya gagasan-gagasan tapi belum tentu dia bisa menyajikan secara populer. Sebab tulisan ilmiah tersebut harus akrab dan penyajiannya sederhana. Sederhana dimaksud adalah dalam arti tidak rumit dan lebih bermakna.
“Sebuah tulisan ilmiah populer juga harus mengandung kaidah-kaidah jurnalistik pada umumnya, yaitu harus aktual, masalahnya harus menyangkut banyak orang, tidak mengundang masalah SARA, disampaikan dengan bahasa yang lugas, padat dan enak dibaca serta memenuhi logika analisis yang baik,” tandas Triyanto.