Psikolog Anak dari Unika Soegijapranata, Endang Widyorini, mengatakan orangtua yang telah bercerai sebaiknya tidak saling menjelekkan di depan aak. Sikap yang tidak bersahabat berpotensi memperburuk dampak perceraian terhadap anak.
Menurut Endang, perceraian, baik yang terjadi di masyarakat kelas bawah, menengah hingga atas tetap berpengaruh negatif terhadap anak. Pengaruh utama adalah ketidakstabilan pada emosi anak.
"Meski anak-anak korban perceraian mampu bertahan, menempuh pendidikan dan bekerja dengan baik, mereka tetap mendambakan orangtua yang utuh. Ada kasih sayang ayah dan ibu yang saling melengkapi," ujar Endang ketika dihubungi Republika, Kamis (6/10). Peran ayah, lanjut dia adalah sosok yang dijadikan panutan. Peran ibu lebih kepaada memberikan sentuhan emosi kepada anak.
Ketika kedua peran ini tidak terpenuhi dengan seimbang, anak-anak korban perceraian cenderung merasa kecewa. Jika perceraian terjadi secara tidak baik, ada tambahan dampak negatif berupa trauma kepada anak. Secara jangka panjang, efek trauma bisa menimbulkan ketidakstabilan emosi hingga usia dewasa.
"Karenanya, orangtua yang bercerai sebaiknya punya kesadaran untuk menjaga hubungan baik demi tumbuh kembang anak. Orang tua tidak boleh memberikan contoh negatif dengan saling menjelekkan di depan anak. Sebab, perilaku anak korban perceraian sangat tergantung dari sikap kedua orangtuanya," tegas Endang. ( http://gayahidup.republika.co.id )