Guru Besar UII Yogyakarta yang juga anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Dr M Mahfud MD SH SU menyatakan Pancasila akan mengalami tantangan kekinian dan tantangan masa depan yang semakin berat.
Di antaranya banyak produk hukum dibuat tidak berdasarkan rasa keadilan, munculnya gerakan radikalisme, intoleransi dan lain sebagainya. Tantangan masa depan menyangkut munculnya generasi baru yang dalam kehidupannya didominasi teknologi IT.
“Di masa depan orang orang akan semakin terasing karena bisa melakukan semua aktivitas dari kamar masing masing lewat gadget. Pancasila akan sangat dibutuhkan untuk pendidikan watak atau karakter membangun bangsa."
"Pembangunan manusia di masa depan bisa tidak seimbang dan lebih menekankan pada ilmu atau otak ketimbang hati nurani kalau Pancasila diabaikan. Tren ke depan makin banyak skill atau otak dicapai manusia tetapi hati nurani masa depan lemah sehingga Pancasila perlu diinternalisasikan dalam kehidupan” ujar Prof Dr Mohammad Mahfud MD SH SU saat bersama Rektor Unika Soegijapranata Semarang Prof Dr Ridwan Sanjaya SKom SE MSIEC dan dosen Unika Dr Antonius Maria Laot Kian SS MHum memberi ceramah kebangsaan pada mahasiswa baru Unika di kampus setempat, Senin (8/10/2018).
Menurut M Mahfud, untuk menempatkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, Pancasila perlu dimasukkan menjadi mata pelajaran tersendiri yang selalu ada di tiap jenjang pendidikan mulai SD, bahkan mulai TK sampai perguruan tinggi. Selama ini Pancasila tidak masuk dalam mata pelajaran khusus yang diajarkan di tiap tingkatan dan jenjang Pendidikan. Pancasila hanya menjadi bagian yang ada di dalam beberapa mata pelajaran misalnya geografi, sejarah, politik dan lain lain.
Rektor Unika Prof Dr Ridwan Sanjaya SKom SE MSIEC menyatakan sebagai lembaga pendidikan, Unika setiap tahun sudah mengenalkan materi kebangsaan atau Pancasila sejak mahasiswa masuk Unika (mahasiswa baru).