Oleh: Aloys Budi Purnomo Pr
UMAT Kristiani merayakan Paskah 2019 di tengah pesta demokrasi, yakni Pemilu 2019. Baiklah kita berdoa, siapa pun yang terpilih sebagai pemimpin, semoga menjadi pemimpin yang mewujudkan spirit Paskah dalam implementasi politik kesejahteraan. Apa maksudnya?
Paskah dan politik kesejahteraan saling meneguhkan untuk mewujudkan keadilan demi kesejahteraan umum dalam masyarakat multikultural. Bagaimana keduanya disinergikan? Itu terjadi manakala semua warga masyarakat memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap kebutuhan sesamanya tanpa diskriminasi. Perayaan Paskah tak cukup hanya dibuat dalam rangka liturgi dan ibadah, melainkan juga dalam rangka perwujudan damai sejahtera dalam kehidupan bersama. Dalam konteks dinamika Gereja Keuskupan Agung Semarang, kita bercita-cita mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman dalam sinergi dengan umat beragama lain, apa pun agama dan kepercayaannya (Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang/RIKAS 2016-2035).
Disebutkan dalam RIKAS, salah satu ciri peradaban kasih adalah kesejahteraan umum di tengah masyarakat yang beragam budayanya (multikultural). Itulah yang dalam bahasa sosial politik disebut bonum commune (kesejahteraan umum). Dalam perspektif Paskah, kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus, setiap karya pelayanan publik dalam ranah politik, juga bertujuan menghadirkan kesejahteraan umum. Kesejahteraan umum itu ditandai oleh ”keseluruhan kondisi hidup kemasyarakatan, yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota perorangan, untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri” (Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes 26).
Itulah perjuangan politik kesejahteraan yang sesungguhnya, yang harus diperjuangkan bersama oleh seluruh umat dan masyarakat, apa pun agama dan kepercayaannya.Untuk dapat mewujudkan kesejahteraan umum seperti itu, politik kesejahteraan harus ditopang oleh kehidupan politik yang baik. Pada awal 2019, Paus Fransiskus sudah memberikan pesan politik kesejahteraan kepada seluruh pemimpin dunia (dalam Pesan Hari Perdamaian Sedunia 1/1/2019).
Dengan gamblang, Paus Fransiskus menyatakan bahwa politik yang baik adalah pelayanan bagi perdamaian. Dengan lantang pula Paus menegaskan, politik adalah tanggung jawab semua warga negara.
Secara khusus hal ini menjadi tanggung jawab mereka yang diberi dan mendapat mandat ”untuk melindungi dan memerintah” setiap warga bangsa dan negara di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan, Paus mengatakan, politik adalah salah satu ungkapan yang paling mulia akan amal kasih dan masa depan suatu bangsa.
Partisipasi Aktif
Politik kesejahteraan itu harus dilaksanakan melalui partisipasi aktif setiap warga bangsanya untuk mewujudkan damai sejahtera dalam kehidupan bersama. Baik rakyat maupun para pemimpin dipanggil untuk bekerja demi memperjuangkan perdamaian dan keadilan bagi kesejahteraan seluruh bangsa.
Ketika semua warga masyarakat, yang berbeda agama ataupun kepercayaan, mau srawung dan membuka diri, serta rela melibatkan diri dalam pemenuhan kebutuhan sesama, maka keadilan demi kesejahteraan umum akan mencapai perwujudannya yang paling konkret.
Sejak Paskah perdana, sosok yang sangat patut menjadi teladan untuk mewujudkan perdamaian dan keadilan demi kesejahteraan umum adalah Ibu Maria, Bunda yang mengandung dan melahirkan Yesus. Bahkan, sosok yang sama dengan setia menerima dan merengkuh jenazah Yesus yang diturunkan dari kayu salib lalu memakamkan-Nya dengan cinta seraya menantikan kebangkitan Sang Putra dengan mulia.Ibu Maria selalu setia memberikan teladan konkret mewujudkan semangat politik kesejahteraan di tengah kesulitan.
Dicatat dalam Injil Yohanes 2:1-11, sebagai warga masyarakat, Ibu Maria sungguhsungguh hadir dan terlibat dalam dinamika hidup bersama di lingkungannya. Ibu Maria hadir saat tetangganya sedang punya kerja, yakni melangsungkan pesta pernikahan. Di sana, Ibu Maria hadir dan terlibat secara aktif, bukan sebagai penonton dan tamu yang sekadar menikmati.
Bahkan ketika yang ”punya gawe” kekurangan anggur, dengan cepat Ibu Maria tahu, peka, dan tanggap. Dia langsung berinisiatif mengatasi situasi dengan meminta pertolongan kepada Yesus, putranya. Kerelaan Ibu Maria untuk terlibat dan membuka diri serta kepekaannya terhadap kebutuhan sesama telah menyelamatkan keluarga tersebut dari rasa malu terhadap tamu-tamunya.
Begitulah, Ibu Maria telah menjadi pembawa semangat kebangkitan dalam politik kesejahteraan secara nyata.Semoga Paskah menjadi momentum untuk mewujudkan politik kesejahteraan. Kita dukung para pemimpin yang terpilih dalam Pemilu 2019 dengan sikap cinta demi terwujudnya politik kesejahteraan. Selamat Hari Raya Paskah bagi yang merayakannya!
—Aloys Budi Purnomo Pr, Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata, Andurohkat Pramuka Kwarda dan anggota FKUB Jateng.
►Suara Merdeka 20 April 2019 hal 6, https://www.suaramerdeka.com/smcetak