Pembinaan dan pengembangan guru merupakan peran kepala sekolah.
Beban tersebut semakin berat ketika guru harus mempraktikan proses pembelajaran daring atau secara hybrid selama masa pandemi.
Kepala sekolah wajib menjadikan para guru agar transformatif mengikuti perkembangan situasi yang ada.
Tim dosen dari Unika Soegijapranata Semarang melakukan serangkaian penelitian terkait kesehatan fisik dan psikologis para kepala sekolah di masa pandemi.
“Kami sebagai peneliti melihat di lapangan bahwa banyak kepala sekolah yang mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, tetapi belum banyak yang mengetahui bagaimana kondisi riil kesehatan kepala sekolahnya,” kata koordinator tim peneliti dari Unika, Dr M Sih Setija Utami, Jumat (28/1/2022).
Oleh karena itu, Dekan Fakultas Psikologi Unika tersebut menuturkan, dalam penelitiannya lebih banyak memotret bagaimana kesehatan para kepala sekolah, terutama di masa pandemi Covid-19.
Penelitian mengambil sampel 234 kepala sekolah se-Indonesia (dari 19 yayasan) dengan cara menggunakan kuesioner secara online.
Lantaran pelaksanaan penelitian dilakukan ketika sebagian besar wilayah Indonesia dilanda kasus covid cukup tinggi yakni pada Mei-Juni 2021.
“Hasil penelitian di antaranya, secara umum kondisi fisik kepala sekolah sehat, tetapi ada sekitar 33 persen yang mengalami kelelahan fisik dan mental cukup berat. Karena di masa pandemi Covid-19 tugas guru dan kepala sekolah justru makin berat serta tugas makin banyak,” jelasnya.
Kesehatan fisik dan mental para kepala sekolah perlu dijaga dan diperhatikan.
Pemerintah seharusnya bisa melihat hal tersebut sejalan dengan tuntutan pemerintah yang semakin banyak.
Apalagi dengan adanya program Sekolah Penggerak pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tugas guru dan kepala sekolah semakin kompleks.
Kemudian, dari sisi peran untuk pencegahan covid, peran kepala sekolah masih pada tataran mengimbau murid untuk mencegah pandemi Covid-19, belum mendampingi, melatih setiap hari, serta mencegah covid.
Sementara, Rektor Unika Soegijapranata, Dr Ferdinandus Hindiarto menyinggung tentang menjadi pendidik yang transformatif.
“Apabila memilih profesi guru maka hendaknya juga bisa menjadi transformer. Karena menjadi seorang Guru hakikatnya menjadi seorang transformer yang menemani siswa-siswa agar mereka bisa bertransformasi, menjadi lebih matang, lebih dewasa dalam cara berpikir dan cara bertindak,” ucapnya.
Menurutnya, seorang Guru tidak bisa menjadi transformer (pihak yang bertransformasi) yang ideal apabila kepala sekolahnya tidak sehat apalagi tidak menguasai filsafat pendidikan.
“Pendidikan menurut konsep-konsep Romo Driyarka sesungguhnya adalah menentukan, mengubah, dan membentuk hidup manusia,” imbuhnya.
► https://jateng.tribunnews.com/2022/01/28/pembelajaran-di-masa-pandemi-kepala-sekolah-alami-kelelahan-fisik-dan-mental?page=all.