Pengamat ekonomi pesimistis target pertumbuhhan ekonomi Jawa Tengah (Jateng) pada 2023 sebesar 7%, sebagaimana dicanangkan Gubernur Ganjar Pranowo dapat tercapai.
Pengamat ekonomi, Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Andreas Lako, mengatakan target 7% tersebut tidak realitis.
“Karena berdasarkan data, selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Jateng belum pernah mencapai level tujuh persen,” katanya di Semarang, Kamis (21/11).
Pencapaian pertumbuhan ekonomi tertinggi lanjut Lako yakni 6,34% pada 2012, sedangkan selama 2013-2018 pertumbuhan ekonomi Jateng hanya berkisar 5,1%-5,4%.
“Saya juga tidak melihat adanya dukungan dana pada APBD Jateng untuk mendorong pencapaian target pertumbuhan ekonomi tujuh persen,” ujar Lako.
Menurut guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegiyaprana, ini ekonomi di Jateng tergantung pertumbuhan ekonomi Kota Semarang, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Kudus.
“Produk domestik regional bruto (PDRB) tiga daerah tersebut telah di atas Rp100 triliun,” ucapnya.
Lako, menyatakan bila target 7% tetap dipaksanakan dikhawatirkan bisa menjadi bumerang bagi Jateng karena berpotensi menimbulkan permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang serius.
Menurutnya ada bukti menunjukkan saat Pemerintan Provinsi (Pemprov) Jateng mantargetkan pertumbuhan ekonomi di atas 6% pada 2008-2013.
Dikatakan, pertumbuhan ekonomi di atas 6% tercapai, tapi dampaknya terjadi kesenjangan sosial-ekonomi antarkelompok masyarakat karena hanya dinikmati orang kaya saja, sedangkan rakyat miskin tetap sengsara.
Sedangan meningkatkan investasi asing dan nasional justru menimbulkan komplikasi permasalahan lingkungan yang serius sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi bagi para investor, dunia usaha dan perekonomian daerah.
“Pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati kelompok menengah ke atas, tidak bisa dinikmati kelompok miskin yang tetap miskin,” ujarnya.
►https://www.gatra.com/detail/news/458024/ekonomi/pengamat-ekonomi-pesimistis-jateng-capai-ekonomi-7