Pengambilalihan pengelolaan secara menyeluruh terhadap Terminal Tingkir Kota Salatiga dari Pemkot Salatiga kepada Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI, dapat dikelola lebih profesional dari sebelumnya.
Hal itu disampaikan Kepala Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno kepada Tribun Jateng, Rabu (1/3/2017). Pengambilalihan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah tersebut dimaksudkan agar dapat difungsikan lebih profesional.
"Seyogyanya dapat segera dilakukan penataan secara menyeluruh. Terlebih lagi, terminal bertipe A itu sudah per 1 Januari 2017 dikuasai Kemenhub RI, termasuk aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas di sana. Penataannya pun mengedepankan fungsi optimalisasi pelayanan serta kenyamanan penumpang, bukan pendapatannya," terang Djoko.
Secara otomatis, lanjutnya, ketika pelayanan, keselamatan, serta keamanan penumpang maupun pengunjung dapat optimal, pendapatan dari sektor tersebut dapat berjalan bahkan melebihi dari apa yang telah diterima Pemkot Salatiga selama ini melalui pendapatan asli daerah (PAD) Kota Salatiga.
"Prinsipnya, terminal itu bukan sumber PAD, tetapi lebih berfungsi pelayanan. Itu yang perlu digarisbawahi terlebih dahulu. Kami harapkan, ke depannya Terminal Tingkir Salatiga dapat seperti terminal yang di Solo (Terminal Tirtonadi). Dari sisi letak pun sudah cukup mirip, yakni dekat dengan pusat kota. Itu menjadi keuntungan tersendiri," jelasnya.
Dia menggambarkan, ketika terminal dekat atau berada di pusat kota, dapat diunggulkan dan dikemas sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi. Termasuk menjadi meeting point bisnis dengan pihak lain. Di Terminal Tirtonadi yang menjadi terminal percontohan saat ini sudah mulai terlihat.
"Data kami, pendapatan Terminal Tirtonadi pada 2016 lalu mencapai sekitar Rp 5,2 miliar. Pengeluaran operasional sekitar Rp 4,5 miliar. Jumlah pengunjung rata-rata mencapai sekitar 9.000 orang. Retribusi penumpang Rp 1.000 per orang. Itu belum termasuk dari retribusi parkir kendaraan, sewa kios, hingga iklan," jelasnya.
Djoko menambahkan, berkaca dari hal tersebut, diyakini Terminal Tingkir dapat bermetamorfosis seperti Terminal Tirtonadi sebagai terminal percontohan tipe A1 yang saat ini telah mempekerjakan sekitar 209 pegawai dan dihampiri sekitar 1.410 armada per harinya. Atau minimal seperti Terminal Tipe A2 (Terminal Ir Soekarno Klaten) atau Terminal Tipe A3 (Terminal Cilacap).
"Itu beberapa hal yang perlu dicontoh dan kami yakini Kemenhub RI akan melakukannya. Tetapi diharapkan dapat segera dilaksanakan dalam penataannya. Masterplan nya pun perlu dipersiapkan secara matang, jangan asal-asalan. Total di Jawa Tengah ada sekitar 17 terminal bertipe A dan semua itu mulai dikelola Pemerintah Pusat," tutur Djoko. (►http://jateng.tribunnews.com)