Kepala Campus Ministry Universitas Katolik (UNIKA) Soegijopranoto Semarang Romo Aloys Budi Purnomo Pr mengatakan, yang transenden dari agama adalah persaudaraan dan kedamaian. Hal itu ia jelaskan saat menjadi narasumber Seminar Pencegahan Radikalisme di Laboratorium Fakultas Dekan dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kamis (27/02)
Dalam kesempatan itu, ia menceritakan prosesnya belajar sampai menjadi seorang Romo bagi umat Kristiani tidaklah instan. Sejak lulus SD sudah mulai sekolah seminari. Bahkan, khusus mendalami spiritualitas selama 1 (satu) tahun penuh yang disambung dengan filsafat sehingga ia mampu membangun persahabatan meski berbeda keyakinan sebagai aplikasi ajaran agama yang dianutnya.
“Unggahan di facebook saya isinya persahabatan, persahabatan dengan Gus Mus, persahabatan dengan Habib Luthfi, persahabatan dengan Gus Muwafiq,” kata dia.
Tak hanya itu, Romo Budi juga mengaku tidak pernah melawan pihak yang membully di media sosial maupun kekerasan lain. Ia merasa tidak pernah terpengaruh adanya radikalisme Islam. Karena itu, tokoh yang dekat dengan berbagai kalangan lintas agama ini hanya menyebut sebagai oknum dalam menyikapi pelaku radikalisme berbasis agama.
“Itu hanya oknum yang merusak, apapun agama yang dibela,”tegasnya.
Dalam kebaikan, ia mengimani sesuai yang termaktub dalam Al-Kitab Injil. Sebab, kata dia, gereja katolik mengakui, menghargai semua kebaikan semua agama. Karena itu hal-hal terkait perdamaian dan kemanusiaan perlu dikerjasamakan. Terlebih jika menjadi penentu kebijakan. “Apabila semua tergantung padamu, maka jadilah pembawa perdamaian,” tandasnya.
Sebagai penutup materinya, aktifis lintas iman Jawa Tengah ini membawakan syair karya Abunawas dan Indonesia Pusaka dalam alunan saksofon.
Narasumber lain, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah, H Samsul Maarif mengatakan betapa beruntungnya menjadi bangsa Indonesia dengan berbagai kekayaannya. “Anda punya bonus yang luar biasa, bonus kekayaan alam, bonus multikultural, dan bonus demografi,” kata Guru Besar UIN Walisongo Semarang ini.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Semarang ini juga mengingatkan, radikalisme berbasis agama di Indonesia, terlebih Islam kerap berhadapan dengan Islam. “Indonesia mayoritas adalah Islam,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, kekuatan Indonesia dalam melawan radikalisme adalah local wishdom yang menyejukkan seperti adanya lagu sluku-sluku batok dalam proses penyebaran Islam di tanah Jawa. “Budaya ini terus digerus, yang guyup, yang rukun dengan nyanyi,” jelasnya.
Pengasuh PP Riset Al Khawarisme Mijen ini berpesan pentingnya sebuah strategi khusus dalam menangkal persebaran radikalisme-terorisme. Teroris dalam aksinya selalu melakukan tindakan yang bertolak belakang dari ajaran agama. Karena itu teroris disebut kejahatan kemanusiaan yang luar biasa atau extra ordinary crime.
►https://sorotnusantara.com/pesan-romo-aloys-budi-jadilah-pembawa-perdamaian/
berita terkait:
https://energibangsa.id/romo-aloys-budi-minta-generasi-muda-jadi-penebar-damai-dan-kasih-sayang/