Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PMB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Unika Soegijapranata bersama Kantor Staf Presiden (KSP) menggelar webinar dengan topik “religi Asli Masyarakat Papua dan Konversinya Dengan Islam dan Kristianitas (Protestan dan Katolik)”, yang dilaksanakan secara daring melalui laman zoom maupun youtube.
Dalam pesan sambutannya, Lilis Mulyani SH MPL PhD selaku Kepala PMB BRIN menyatakan tujuan diselenggarakannya webinar PMB BRIN ini.
“Webinar ini bertujuan untuk mendalami kearifan Papua atau keaslian religi Papua. Dan dalam riset religi di Papua banyak sekali ditemukan bahwa nilai adat budaya lokal seringkali menunjukkan sisi kearifan dalam hidup bermasyarakat dan menjalani kehidupan yang harmonis yang berpedoman pada ajaran nenek moyang yang mengajarkan untuk menghormati sesama manusia, menghormati alam dan setiap bentuk kehidupan,” kata Lilis, Sabtu (23/10)
Setiap bentuk kehidupan, kata dia, memiliki jalinan erat dengan hidup manusia, yang apabila sedikit saja ada gangguan terhadapnya bisa merusak keseimbangan dan berakibat pada rusaknya harmoni yang telah terbangun.
Melalui webinar ini, pihaknya juga berharap, masyarakat Papua bisa menemukan atau mendalami identitas budayanya atau cultural identity-nya dari budaya mereka sesungguhnya, sehingga mereka merasa bangga akan keunikan agama atau budaya yang perlu dipahami oleh kelompok lain sebagai bagian dari kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat Papua.
“Webinar ini diharapkan juga bisa membantu menemukan unsur-unsur hakiki dari religi dan budaya masyarakat lokal di Papua, serta menemukan unsur kehidupan yang religius, aman, damai dan penuh kasih sayang,” lanjutnya
Dra Jaleswari Pramodhawardani M Hum, selaku Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan HAM, juga menyampaikan bahwa Papua sesungguhnya merupakan bagian dari Indonesia. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi adalah kesatuan, kemajemukan, serta kerukunan terbentang di tanah Papua.
Dalam pembangunan nasional, agama memiliki peran yang sangat penting dan strategis karena agama menjadi landasan spiritual, moral dan etika guna membangun bangsa dalam masyarakat yang berkeadaban. Selain itu, agama juga menjadi kekuatan pendorong bagi bergeraknya program-program pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat.
“Agama yang hadir bersama dengan sistem kepercayaan lokal merupakan bagian yang melekat pada masyarakat Papua. Pengelompokan agama dijembatani oleh adat, dan dengan kata lain Papua adalah provinsi yang menjunjung tinggi pluralisme, ” terang Jaleswari
Agama, lanjutnya, menjadi basis nilai yang memandu masyarakat Papua untuk membangun tatanan kehidupan yang damai, adil dan sejahtera. Peran agama dalam masyarakat yang majemuk di Papua, salah satunya adalah sebagai perekat sosial
Drs Albertus Istiarto MA dari PPMTP Unika Soegijapranata yang juga salah satu kolabolator kegiatan webinar ini, juga memaparkan tentang religi asli Papua, melalui aktualisasi religi melalui simbol, ritus dan mitos.
“Akulturasi Katolik di Papua berlanjut kepada inkulturasi di dalam gereja Katolik. Simbol salib digunakan sebagai sarana mendekatkan Roh Tuhan hadir dekat dengan umatNya. Simbol ini diajarkan oleh para misionaris sebagai simbol pengurbanan sekaligus keselamatan yang diberikan kepada manusia beriman oleh Yesus Kristus,” tutur Istiarto
Mitos atau ajarannya, Yesus yang disalibkan itu tidak pernah mengajarkan kepada para pengikutnya untuk melakukan balas dendam. Yesus mengajarkan saling memaafkan, mencintai satu sama lain, dan hidup damai, tidak ada perang lagi, dan saling memaafkan.
“Jadi dulu di Papua ada patung Mbis dan diganti dengan salib. Dan didalam salib itu menjadi lambang penyelamatan Yesus dan ajaran yang kita pakai di sana ada ritus di dalam salib itu yaitu dalam salib terdapat keselamatan. Dengan kedatangan para misionaris, maka di Papua tidak ada lagi peperangan lagi, serta hingga sekarang dapat hidup rukun dan damai,” pungkasnya.
►https://kuasakata.com/read/berita/40723-pmb-brin-dan-ksp-bekerjasama-dengan-unika-gelar-webinar-religi-papua