Akhir-akhir ini, Indonesia sedang dirundung bencana alam yang cukup hebat. Mulai dari jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, banjir di Kalimantan Selatan, hingga gempa bumi di Majene, Sulawesi Barat.
Letak geografis Indonesia yang berada di sekitaran cincin api menjadi salah satu penyebab timbulnya bencana alam. Sehingga, Indonesia paling rawan terkena gempa bumi, gunung meletus, tsunami, bahkan banjir dan tanah longsor.
Ketua Program Studi Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan Universitas Katolik (UNIKA) Soegihapranata, Dr Roro MI Retno Susilorini mengatakan, Indonesia sebagai negara yang secara geografis dan topografis rawan bencana harus dibarengi dengan kesadaran rakyat tentang kebencanaan.
Ia menjelaskan, ketika terjadi sebuah bencana, kelompok rentan bencana harus dievakuasi terlebih dahulu. Konsekuensinya, masyarakat Indonesia harus sudah mulai belajar potensi kebencanaan mulai dari mitigasi hingga evakuasi.
“Karena kita tahu bahwa letak geografis Indonesia itu memungkinkan bencana alam datang sewaktu-waktu, maka kita juga harusnya belajar tentang potensi kebencanaan serta proses evakuasinya,” ucapnya, Kamis (21/1/2021).
Ia menambahkan, kelompok rentan yang harus didahulukan dalam proses mitigasi dan evakuasi bencana adalah perempuan dan anak. Ia menyebut, potensi mereka untuk bertahan ketika bencana sangat kecil, maka sudah seharusnya mereka diutamakan.
“Karena ketika terjadi kerusakan akibat bencana, perempuan dan anak adalah kelompok yang tidak berdaya menghadapinya. Maka perlu diprioritaskan. Terutama jika terjadi bencana alam, pengelolaan tempat pengungsian harus mendahulukan kelompok perempuan dan anak,” ujarnya.
Ia berharap, masyarakat dan para petugas tetap pada prioritas penyelamat kelompok rentan dalam mitigasi bencana.
Sumber: https://wartajateng.id/prioritaskan-kelompok-rentan-dalam-mitigasi-bencana/