Dalam rangka merayakan Dies Natalis ke-37 pada Sabtu 19 Juni 2021, Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata membuat sebuah talkshow secara daring. Acara ini dibuat dengan tajuk “Siapkah Kita Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka?”.
Sesuai tema yang disebut, acara ini dihadiri oleh perwakilan orang tua siswa dari berbagai jenjang sekolah. Mulai dari SD, SMP, dan SMA. Tidak lupa juga perwakilan guru SMP dan SMA serta Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang.
Selain itu, hadir juga psikolog klinis Unika yaitu Kuriake Kharismawan SPsi MSi Psikolog dan psikolog pendidikan Unika adalah Dr Lucia Hernawati MS.
Kuriake Kharismawan yang menjadi narasumber sesi pertama menyatakan perlunya perhatian atas beberapa hal yang terkait dengan kondisi pandemi Covid-19 dan pelaksanaan pendidikan hybrid learning maupun daring.
Saya pernah melakukan survei dengan jumlah sekitar 260 orang sebagian guru-guru SMA tetapi mayoritas adalah guru-guru TK dan PAUD. Dalam survei tersebut diketahui bahwa hampir 89% guru-guru SMA menyatakan ingin segera tatap muka, tetapi guru-guru TK dan PAUD hanya sekitar 65% yang siap untuk tatap muka, ungkap Kuriake.
Hal ini mungkin juga berhubungan dengan jumlah guru yang mendapat vaksin lengkap. Untuk guru-guru SMA kurang lebih sekitar 71% yang telah mendapat vaksin lengkap tetapi untuk guru-guru Paud dan TK itu baru sekitar 59% yang sudah mendapat vaksin lengkap.
Dengan mengingat kondisi tersebut maka perlu ada kewaspadaan dari para guru atau semua orang bahwa bahaya covid adalah nyata. Oleh karena itu, Kuriake mengingatkan perlunya menjaga emosi dengan mengontrol dan mengetahui diri kita sendiri dalam batas tertentu, apakah sudah kelelahan atau tidak bahkan bisa saja frustasi dalam mengajar.
“Maka perlu dilakukan beberapa cara untuk mengurangi stres kita yaitu dengan olahraga, beribadah, melakukan hobi, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Kesimpulannya perlu ada pengelolaan emosi dan jiwa agar penyelenggaraan proses pendidikan tetap berjalan dengan baik dan disertai tubuh yang sehat dan tetap semangat.
Sementara Dr Lucia Hernawati menjelaskan tentang bagaimana belajar bisa dilakukan dengan banyak metode, tidak harus dengan tatap muka, tetapi bisa juga dilakukan di antaranya dengan melalui hybrid learning.
Kita tentu mengenal portal rumah belajar. Di portal rumah belajar itu para guru membagikan video-video atau sumber-sumber yang lain yang bisa diakses oleh siswa pada saat ia belajar di rumah, jelasnya.
Namun yang perlu diketahui metode ini perlu evaluasi yang telaten. Sebab dalam evaluasi ini akan terjalin kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua, jadi apabila ada kesulitan, guru bisa tahu.
“Seorang guru juga perlu empati dan terbuka, supaya apabila terjadi kesulitan dalam proses pembelajaran dapat segera teratasi,” pungkasnya.