Diperlukan penanganan khusus dalam hal pemulihan kondisi sikis para pelajar usai menjalani karantina Covid-19.
Pasalnya kondisi sikologis para pelajar tak bisa bisa disamakan dengan orang dewasa.
Menurut Kuriake Kharismawan, Psikolog Unika Soegijapranata, yang ikut menangani pemulihan sikis para pelajar positif Covid-19 di tempat karantina Rumah Walikota Semarang, anak-anak atau pelajar punya karakteristik tersendiri.
"Mereka butuh tantangan, jadi jika pemerintah memberi aturan yang bersifat kekangan, mereka akan melanggar. Karena jiwa anak-anak memang seperti itu," paparnya, Jumat (18/9/2020).
Ia menerangkan, kondisj tersebut berlaku tidak hanya di lokasi karantina, dan bisa terjadi di masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
"Pendekatan lebih intens dari kelurga atau orang terdekat, untuk memberikan pemahaman terkait kepatuhan protokol kesehatan. Dan caranya bukan lewat kekangan, atau hukuman," ucapnya.
Dilanjutkannya, karena haus akan tantangan, semakin mereka ditakut-takuti mereka semakin melanggar.
"Tidak bisa disalahkan, karena memang jiwa remaja identik dengan tantangan. Untuk itu dibutuhkan saluran agar mereka memahami protokol kesehatan, tentunya dengan cara yang lebih ramah," jelasnya.
Kuriake menambahkan, di tempat karantina Rumah Walikota Semarang, Rabu lalu 55 pelajar dipulangkan.
"Namun hari ini ada 16 anak yang masuk ke Rumah Dinas Walikota Semarang. Bahkan beberapa hari lalu ada yang melarikan diri karena merasa terkekang dengan aturan. Untuk itu aturan yang menakut-nakuti harus dibuang untuk kebaikan bersama," tambahnya.