Fakultas Psikologi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata menggelar webinar dengan tema "kearifan lokal sebagai kekuatan kolektif untuk menghadapi pembelajaran tatap muka".
Webinar yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-37 Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata itu menghadirkan beberapa narasumber pakar psikologi Unika Soegijapranata.
Mereka yaitu M Suharsono dari psikologi sosial Unika, Siswanto dari psikologi klinis Unika. Kemudian dilanjut oleh seorang budayawan sekaligus akademisi yaitu Adi Eko Priyono dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Dalam paparannya, Suharsono mengatakan, dalam sebuah hasil survei dengan 210 responden, diketahui bahwa alasan melaksanakan protokol kesehatan, disebabkan karena motivasi pribadi untuk menjaga kesehatan diri sendiri.
"Alasan itu sekitar 90%. Ini menjadi harapan yang positif ke depannya dalam penanganan Covid-19, karena sudah muncul kesadaran secara pribadi untuk menjaga kesehatan," kata Suharsono dalam rilis kepada Tribun Jateng, Rabu (30/6/2021).
Meski begitu, diperlukan parameter untuk melihat apakah penanganan Covid-19 saat ini sudah tepat atau belum. Ada beberapa parameter yang bisa digunakan. Pertama, adalah mempersiapkan psikis dengan kesabaran dan keikhlasan.
"Dengan mengoptimalkan akal budi dan hati nurani untuk berjuang mewujudkan potensi diri pada tingkat atau taraf setinggi-tingginya sangat diperlukan," ujarnya.
Kedua, mempersiapkan tindakan, tidak hanya mempersiapkan psikis saja tetapi juga melakukan tindakan nyata yang disebut juga dengan istilah "rame ing gawe".
Sedangkan parameter yang utama adalah tempat yang tepat yaitu dengan mendasarkan pada tiga prinsip yaitu takdir, darma dan karma. Ketiganya tidak hanya dipahami dalam konteks pasif melainkan dipahami dalam konteks aktif bertindak.
"Serta perlunya rasa untuk mengetahui kemampuan yang sebenarnya tanpa berpura-pura," imbuhnya.
Pembicara kedua, Siswanto membahas tentang pembelajaran tatap muka (PTM). Sebelumnya, kasus penularan Covid-19 mulai menurun sehingga pelaksanaan PTM direncanakan mulai Juli mendatang.
"Tetapi ternyata kita dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam beberapa minggu terakhir ini muncul varian baru dari India kemudian merebak sampai Indonesia," paparnya.
Dengan kondisi sekarang, katanya, tenaga medis sudah mulai kewalahan dan jumlah kematian sudah mengalami kenaikan. Hal itu menjadi peringatan untuk bisa segera beradaptasi.
Menurutnya, banyak sumber daya yang disebut sebagai kearifan lokal, namun celakanya sumber daya tersebut tidak diberdayakan karena lebih memilih dengan cara-cara yang digunakan oleh masyarakat dunia, yang budayanya tentu berbeda dengan Indonesia.
"Perlunya beradaptasi dengan kebiasaan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan agar tetap sehat," ungkapnya.