Puluhan bambu potong dijajarkan secara rapi di samping pendopo Kapel, kompleks kampus Unika Soegijapranata, Sabtu (27/7/2019) siang.
Di sebelah bambu-bambu itu, ada sejumlah alat potong, dan alat bor. Ada juga sejumlah mahasiswa prodi Arsitektur Unika berada di pendopo tersebut.
Dengan cekatan namun teliti, para mahasiswa tersebut selanjutnya mulai memotong, dan juga membuat lubang-lubang di bambu yang ada. Mereka mengaitkan satu bambu dengan yang lain menggunakan paku.
Dengan sabar, pengerjaan dengan bambu itu melahirkan bentuk-bentuk arsitektur yang menarik. Di antaranya arsitektur rumah sederhana, juga arsitektur jembatan.
Begitu sekelumit kegiatan praktik arsitektur menggunakan bambu prodi arsitektur Unika Soegijapranata.
Mereka bekerjasama dengan Architecture Sans Frontieres, sebuah organisasi dunia yang fokus kepada arsitektur yang memanfaatkan alam.
Kamil Muhammad, Koordinator Pengurus Architecture Sans Frontieres Indonesia memaparkan, pemanfaatan arsitektur menggunakan bambu memang perlu terus dikembangkan di dunia, termasuk Indonesia.
Selain tidak merusak alam, penggunaan bambu dalam banyak aspek lebih menguntungkan dibandingkan penggunaan batu bata atau beton.
"Penggunaan bambu dengan benar bisa menambah keunikan bangunan. Juga ada beberapa macam bambu yang lebih kuat dari tembok," katanya.
Perihal praktik bersama mahasiswa Unika, menurutnya materi yang diajarkan di antaranya terkait sistem Resiprokal. Atau sistem kelenturan di bambu-bambu tersebut. Sehingga dalam penggunaannya, bambu itu harus digunakan secara bersama-sama.
"Sehingga bambu menjadi saling menopang," imbuh Kamil.
Workshop arsitektur bambu ini berakhir pada Minggu (28/7/2019). Besok, para mahasiswa didorong untuk menyelesaikan pengerjaan yang telah dilakukan.
Menurutnya, praktik arsitektur bambu ini tidak secara spesifik membuat rumah, tetapi lebih pada mengeksplorasi teknik konstruksi pada bambu.
"Untuk pemateri dari Spanyol, Portugal, Bandung, Bali," terangnya.
Gustav Anandhita, dosen Prodi Arsitektur Unika Soegijapranata mengaku keuntungan para mahasiswanya bisa praktik arsitektur bambu, di antaranya untuk transfer ilmu dan pengalaman.
"Mereka bisa belajar praktik lapangan karena praktik biasanya berada di kelas atau studio."
"Mereka bersinggungan dengan bambunya langsung, gatalnya bagaimana, dengan alat bor dan gergajinya," ujar dia.
Menurutnya kegiatan ini serupa dengan visi kampusnya yakni pembangunan yang tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan.
"Agar saat proyek pengabdian terhadap masyarakat dan tanggap bencana, mereka langsung menjadi volunteer yang sigap," ujar dia.