Program Studi Teknik Elektro Unika Soegijapranata menggelar Android Physic Measurement Competition(APHIC). Kompetisi fisika menggunakan teknologi smartphone berbasis android itu diklaim baru kali pertama diselenggarakan di Indonesia. Bertempat di gedung Training Center Unika, Kamis (15/12) lalu, kompetisi tersebut diikuti 20-an siswa dan siswi SMA di Kota Semarang dan sekitarnya.
Mereka antara lain dari SMA Sedes Sapientiae, SMA PL Don Bosco, SMA Kebon Dalam, SMA 2 Ungaran dan SMA Masehi 2 PSAK. Ketua Program Studi Teknik Elekro Unika Soegijapranata, Budi Setiawan MT IPM mengatakan, ada dua kategori lomba dalam kompetisi APHIC itu. Pertama, lomba penyelesaian soal-soal fisika menggunakan aplikasi android, seperti kalkulator fisika dan sejenisnya, untuk menghitung suhu, kalori energi, listrik, magnet, optika geometri, getaran gelombang tinggi, dan fluida. Kedua, lomba mengukur besaran fisika melalui aplikasi sensor box for android guna mengukur tinggi antena, mengukur kekerasan suara, medan magnet, kemiringan benda, dan arah mata angin.
Penerapan Fisika
”Setiap tim yang terdiri atas beberapa siswa itu, minimal menggunakan satu unit smartphone android yang sudah terinstal aplikasi alat hitung fisika, seperti aplikasi kalkulator fisika dan sensor box,” ujar Budi saat ditemui di sela-sela kompetisi. Dia menjelaskan, tujuan kegiatan ini, untuk memasyarakatkan penerapan ilmu fisika dalam teknologi. Selain itu, memaksimalkan penggunaan teknologi smartphone.
Diharapkan, para siswa dan siswi dapat memahaminya dan nanti tertarik meneruskan pendidikan ke jurusan teknik. ”Kami ingin penggunaan smartphone tidak hanya untuk mempromosikan diri melalui media sosial saja. Tetapi juga mengembangkan ilmu.” Menurut Budi, kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di bidang teknik cukup tinggi. Banyak perusahaan mencari SDM yang berkualitas di bidang teknik. Namun, minat pelajar masuk ke jurusan teknik masih rendah dibandingkan jurusan lain.
Imbasnya, tak sedikit perusahaan akhirnya merekrut SDM teknik dari luar negeri, apalagi saat ini sudah sudah dibuka keran persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pihaknya tidak ingin hal itu terus terjadi. Salah satu siswa SMAKebon Dalam, Andreas Yulianto menyatakan, kegiatan ini bermanfaat. ( http://berita.suaramerdeka.com , Suara Merdeka 17 Desember 2016 hal. 18 )