Pendidikan mesti berpusat pada mahasiswa. Hal itu disampaikan Ferdinandus Hindiarto setelah resmi menjabat sebagai Rektor Universitas Soegijapranata periode 2021-2025. Ferdinandus menggantikan Ridwan Sanjaya.
Pendidikan harus ikut mengubah, menentukan, dan membentuk hidup manusia. Oleh karena itu, sisi hominisasi dan humanisasi mesti dikedepankan lebih dari sekadar transfer ilmu.
Hal tersebut disampaikan Ferdinandus Hindiarto setelah resmi menjabat Rektor Universitas Katolik Soegijapranata periode 2021-2025. Ferdinandus menggantikan Ridwan Sanjaya. Acara serah terima kepemimpinan dilakukan di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (31/8/2021), dan disiarkan secara daring.
Mengutip tokoh pendidikan dan filsafat Nicolaus Driyarkara, Ferdinandus mengatakan, pendidikan harus mengarah pada kepentingan yang dicintai, dalam hal ini siswa atau mahasiswa. ”Jadi, bukan kepentingan yang mencintai. Seharusnya, kurikulum itu dapat memotret pikiran-pikiran siswa dan mahasiswa,” ujar Ferdinandus.
Ferdinandus menambahkan, hominisasi (manusia sebagai makhluk hidup) dan humanisasi (memanusiakan manusia) merupakan isi fundamental pendidikan. Selama ini, dengan perkuliahan daring, dinilainya lebih banyak sekadar transfer ilmu. Hal itu meninggalkan ruang-ruang kosong guna membangun mahasiswa menjadi kritis serta pribadi yang matang.
Di masa kepemimpinannya sebagai rektor, ia akan mengusung cara baru yang dinamai ”Soegijapranata Learning Model”. ”Teknologi informasi tidak dihilangkan, tetapi sebagai pelengkap. Yang utama ialah tatap muka. Dosen cukup memberi kuliah 30-40 menit. Sedangkan sisanya mahasiswa berdiskusi dengan kritis,” kata Ferdinandus.
Selain itu, dalam perkuliahan juga akan dihadirkan sosok-sosok inspiratif ke kelas, begitu juga alumni. Dengan demikian, ada sesi berbagi pengalaman, juga bertukar pikiran antara mahasiswa dengan sosok-sosok itu dan alumni.
Akan tetapi, di tengah pandemi Covid-19, ia mengatakan akan tetap mematuhi kebijakan pemerintah. ”Untuk semester ini masih online (daring). Mulai Oktober 2021 nanti, akan dipersiapkan seluruh fasilitas di Unika, untuk memulai pembelajaran offline (luring). Namun, tentu dengan izin pemerintah. Baru kami berani melakukan itu,” ujar Ferdinandus.
Ridwan Sanjaya mengatakan, dalam periode 2017-2021, universitas telah menghubungkan talenta-talenta di dalam kampus dengan berbagai kesempatan serta hal-hal baik melalui UnikaConnect. Selain sebagai alat bantu pembelajaran, juga sebagai semangat memperbesar potensi-potensi di dalam perguruan tinggi.
”Pemanfaatan teknologi informasi memungkinkan terjadi pelipatgandaan kecepatan secara eksponensial, memperpendek mata rantai administrasi, tetapi tetap dapat menggunakan standar mutu yang diharapkan,” katanya.
Ketua Pembina Yayasan Sandjojo yang juga Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko berharap, kepemimpinan Ferdinandus di Unika Soegijapranata dapat meningkatkan sisi-sisi kemanusiaan, baik di internal maupun masyarakat. ”Juga, mendorong transformasi di tengah masyarakat, demi kemajuan bangsa,” ujarnya.
Sepak bola
Ferdinandus, lahir di Klaten, 21 Oktober 1972. Dia lulus pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1995. Sementara pendidikan magister diselesaikannya pada 2003 dan pendidikan doktor pada 2020, keduanya juga di Fakultas Psikologi UGM.
Bergabung dengan Unika Soegijapranata sejak 1996, Ferdinandus menjadi Wakil Rektor III univeritas tersebut pada 2003-2013. Setelah itu, ia menjadi Direktur Pusat Psikologi Terapan Unika Soegijapranata pada 2014-2016.
Selain di kampus, Ferdinandus juga aktif bergerak di bidang konsultan dan training pengembangan SDM, juga di bidang sepak bola. Ia pernah menjabat sebagai General Manager PSIS Semarang (2012-2013), anggota Komite Pemilihan PSSI (2014-2015), Psikologi Timnas U-19 Piala AFF 2016 (2016-2017), dan Direktur Bisnis PSIS (2018-2019).
—https://www.kompas.id/baca/dikbud/2021/08/31/perkuliahan-tak-sekadar-transfer-ilmu-pengetahuan/
