Rektor Unika Soegijapranata Semarang Dr Ferdinandus Hindiarto mengungkapkan dibanding aktivitas lainnya yang sudah berjalan normal, kampus menjadi sektor yang belum sepenuhnya pulih.
Menurutnya, pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring telah menciptakan zona nyaman bagi civitas akademik di perguruan tinggi.
“Untuk mengembalikan kuliah tatap muka tidak mudah. Keengganan untuk kembali kuliah offline adalah sebuah ekspresi zona nyaman yang terlalu kuat,” tutur Ferdinan, Sabtu (18/12).
Ia menjelaskan, saat ini Unika hanya bisa menggelar uji coba kuliah tatap muka di empat prodi sejak Oktober lalu.
Oleh sebab itu, Ferdinan menargetkan pada semester genap 2022 pihakanya akan menggelar kuliah tatap mukan di semua prodi. “Semester depan Maret akan kuliah tatap muka,” jelasnya.
Bagaimana pun juga, kata dia, PJJ tidak akan pernah bisa menggantikan pembelajaran tatap muka (PTM).
Menurutnya, dalam PTM tidak hanya terjadi transfer ilmu dan pengetahuan, tetapi dapat menciptakan saling menghargai.
“Mahasiswa mudah bertanya dan dosen menjelaskan juga lebih gamblang. Itu satu di antara kompetensi sosial yang tidak dapat di kuliah online,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, kembalinya mahasiswa untuk kuliah tatap muka dapat membangkitkan perekonomian masyarakat sekitar kampus.
“Bisnis fotokopi kembali hidup, warung, indekos dan lainnya,” katanya.
Meski optimistis, pihaknya akan menerima keputusan pemerintah apabila tidak diperkenankan menggelar pembelajaran tatap muka. “Tapi kalau pemerintah melarang saya harus taat,” paparnya.
►https://jateng.jpnn.com/simpang-lima/169/rektor-unika-ungkap-alasan-sulitnya-menggelar-kuliah-tatap-muka