- Dapat Penugasan ke Pastoran Unika
ROMOAloys Budi Purnomo Pr, kembali nglakoni jalan kaki dari Gereja Kristus Raja Ungaran menuju Unika Soegijapranata Semarang, Selasa (28/11) sore. Tepat 2 tahun 23 hari, ia mengemban tugas sebagai Vicaris Paroki atau membantu Pastor Paroki Kristus Raja Ungaran, Romo J Sudarmadi melayani umat. Per 16 Juni 2017, pria kelahiran Wonogiri, 14 Februari 1968 itu mendapat penugasan dari Keuskupan Agung Semarang menjadi pastor kepala campus ministry atau reksa pastoral kampus di Unika Soegijapranata Semarang. ’’Saya tidak tahu persis yang ikut jalan kaki berapa orang, tetapi yang jelas ada pendeta, tokoh lintas agama, dulur-dulur sanggar, seniman, dan umat ikut mengiringi,’’ kata Romo Budi.
Sebagaimana diketahui, perjalanan serupa pernah dilakukan Romo Budi ketika pindah tugas dari Gereja Kebon Dalem Semarang menuju Gereja Kristus Raja, Ungaran 3 November 2015 silam. Kala itu, ia memberi istilah perjalanan dari gereja pinggir kali atau girli ke gereja pinggir jalan. ’’Sekarang, istilahnya dari lereng gunung menuju pinggiran kota,’’ ucapnya.
Di tempat penugasan baru, romo yang lincah memainkan mini saxofon dan dekat dengan dunia seni itu nantinya hendak berkolaborasi dengan rektor, dosen, dan mahasiswa Unika Soegijapranata Semarang, dalam meneruskan semangat Soegijapranata.
Dalam bahasa latin, spirit itu tertulis talenta pro patria et humanitate. Artinya, mengembangkan semua bakat dan kemampuan untuk kepentingan bangsa dan kemanusiaan. ’’Dalam konteks itu reksa pastoral kampus dikembangkan,’’ ujarnya.
Kesederhanaan
Selain bertugas di Unika Soegijapranata Semarang, ia juga masih mengemban tugas sebagai Ketua Komisi Hubungan Antar Umat Beragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang. Ke depan, ia akan membuat sinergi melibatkan semua pihak termasuk pihak kampus. ’’Salah satu cita-cita kerinduan saya, adalah menandai semangat itu dengan kesederhanaan. Bertepatan pukul 10.00 dan 12.00 nantinya di Unika Soegijapranata Semarang akan dibunyikan lonceng,’’ imbuh Romo Budi.
Pukul 10.00 lonceng dibunyikan mengacu detik-detik proklamasi, dengan begitu seluruh civitas akademica diharapkan tetap semangat dalam berkarya dan belajar. Sementara lonceng pukul 12.00, mengacu waktu renungan, termasuk menandai waktu ibadah bagi warga umat Islam. ’’Mahasiswa Unika Soegijapranata Semarang saat ini banyak yang beragama Islam, dan mereka berasal dari seluruh nusantara. Semangat sinergi itu harus diwujudkan melalui budaya dan gerakan nasionalis,’’tutur dia.
Meski sudah tidak berdomisili di Bumi Serasi, romo yang melahirkan dua karya sastra ’’Ada Bintang di Gulita Malam’’, novel sosio-spiritual (YPN Yogyakarta 2007) dan ’’Rinduku Lahir menjadi Penyair’’, kumpulan puisi (INSPIRASI 2015), itu menyatakan tetap memperhatikan sekaligus hendak menghadiri kegiatan yang berbau budaya dan berhubungan kemanusiaan. ’’Saya akan berusaha hadir bila ada kegiatan di daerah, tidak hanya di Ungaran dan Jawa Tengah.
Intinya, kerukunan umat harus dibalut dengan memperhatikan budaya serta keberagaman,’’ ucap Romo Budi.
(►http://www.suaramerdeka.com, Suara Merdeka 29 November 2017, hal 27)