Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Dr. Ferdinand Hindiarto, SPsi, MSi, telah menerapkan awal perkuliahan sejak semester genap 2021/2022.
Aturan tersebut diberlakukan karena alasan akademis dan sosial.
Secara akademis, perkuliahan yang berjalan 2 tahun terakhir mengandalkan daring membuat proses pendidikan menjadi kurang maksimal.
Dalam perkuliahan secara tatap muka, terjadi interaksi antarmanusia yang membuat para mahasiswa belajar kerja sama, empati, komunikasi, hingga menemukan solusi.
“Hal tersebut tidak bisa didapatkan dalam perkuliahan daring,” ujarnya.
Bahkan hal terburuk dari berlangsungnya kuliah daring untuk jangka panjang ialah menurunnya kompetensi lulusan karena proses transfer ilmu yang kurang maksimal.
Segala aspek telah disiapkan dalam perkuliahan tatap muka yang berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat dengan jargon Jogo Konco dan Mas Ngawi yang merupakan akronim dari masker, ngadoh, dan wijik (masker, jaga jarak, dan cuci tangan, red).
Mahasiswa wajib mengenakan masker di area kampus, wajib mencuci tangan dan mengecek suhu tubuh sebelum memasuki ruang perkuliahan.
“Terdapat dua angkatan yang belum pernah masuk kampus sama sekali, dan di awal perkuliahan sempat kebingungan karena tidak tahu lokasi kelasnya,” kata Ferdinand.
Selain alasan akademik, kebijakan perkuliahan tatap muka juga sebagai upaya mendukung aktivitas ekonomi di lingkungan kampus Unika Soegijapranata Kelurahan Bendan Duwur Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang.
Dengan adanya aktivitas mahasiswa di kampus, roda ekonomi masyarakat sekitar yang memiliki usaha kos, warung makan, binatu, fotokopi, hingga ojek daring maupun kurir.