Kabar duka datang dari seorang teman, yang mengabarkan jika Prof Dr Andreas Lako, M.Si menghembuskan nafas terakhirnya, Rabu (23/2) ini. Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Katholik Soegijapranata Semarang ini, dikabarkan wafat karena gagal nafas.
Deo, jurnalis televisi swasta yang merupakan tetangganya mengabarkan, jika Prof Lako meninggal pada pukul 08.30 WIB dan menurut rencana jenazahnya akan dikebumikan di Mount Carmel, Ungaran pada Kamis (24/2) besok.
Profesor kelahiran Bajawa, Flores NTT ini dikenal sebagai pribadi yang ramah dan rendah hati. Di kalangan wartawan, sosoknya dikenal sebagai narasumber yang cerdas dalam menguraikan pandangan ilmiahnya. Dia pun cermat dan rigid dalam menyajikan data-data statistik pendukung analisisnya terhadap sebuah kasus.
Selain sebagai dosen, dia juga dikenal sebagai penulis masalah ekonomi yang cukup aktif, baik untuk jurnal ilmiah maupun media massa mainstream. Kritik, analisis, saran dan argumentasi ilmiahnya disajikan dengan bahasa yang cukup mudah dipahami pembaca umum.
Sosoknya dikenal luwes dalam bergaul. Dengan tutur kata yang lembut khas orang Jawa, Prof Lako nyaris berlawanan dengan sosok kebanyakan orang daerahnya yang dikenal keras dan terkesan “garang”.
Boleh jadi karena dia lama merantau dan menimba ilmu ke pusat peradaban Jawa, Yogya, dan sekaligus menyunting perempuan Jawa sebagai istri dan ibu bagi 3 anak gadisnya.
Prof Lako lahir di Bajawa, NTT, 30 November 1966. Pendidikan SD-SMA ditempuh di Flores NTT, selanjutnya S1 Akuntansi Universitas Atmajaya Yogyakarta 1993. Lulus S1 dia menjadi dosen FE Unika Soegijapranata Semarang. Oleh kampusnya, dia kemudian ditugaskan belajar ke UGM dan lulus S2 pada 2001 dan S3 lulus pada 2007.
“Secara rasional ilmiah, saya sulit menjelaskan pencapaian yang saya raih. Namun secara iman, saya merefleksikan bahwa pencapaian Guru Besar itu adalah suatu mahakarya Allah. Gelar itu adalah hadiah termulia yang diberikan Allah kepada saya,” kata Prof Lako, tak lama usai menerima gelar guru besar, pada akhir 2010 silam.
Kepiawaiannya menulis diperolehnya saat diminta kampus untuk melanjutkan studi S2 (2000-2001) dan S3 (2002-2007) di UGM. Oleh kampusnya, Prof Lako juga dipercaya menjabat Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL).
“Saya manfaatkan waktunya dan pengetahuan baru yang diperoleh saat kuliah untuk memperdalam kemampuan menulis saya. Hampir semua tugas kuliah saya persiapkan dengan baik. Kemudian, saya tulis kembali secara baik untuk dikirim ke majalah dan jurnal ilmiah yang ada honornya. Saya juga aktif mengirim artikel ke berbagai simposium dan konferensi yang ada hadiahnya bagi the best paper. Beberapa kali saya mendapatkannya,” ungkapnya saat pidato pengukuhan guru besarnya.
Selama 6 tahun kuliah S2 dan S3, dia bisa menghasilkan sekitar 70 artikel ilmiah di jurnal, 100-an artikel di media massa, dan 3 buku referensi.
“Uang hasil tulisan itu sangat membantu perekonomian rumah tangga kami, khususnya untuk pengobatan anak-anak kami. Saya juga bisa lulus S2 dan S3 dengan predikat cum laude. Karena karya-karya yang sangat banyak itu, pada tahun 2008 saya terpilih menjadi Dosen Berprestasi Tingkat Jawa Tengah dan juga pada tingkat nasional. Pada tingkat nasional, saya masuk dalam 10 besar,” imbuhnya.
Seorang jurnalis senior, yang juga salah seorang koleganya, Teguh Hadi Prayitno mengungkapkan, Prof Lako adalah pribadi yang meyenangkan dan ramah.
“Dari keilmuan tidak bisa diragukan lagi. Tentu kita kehilangan ekonom Jateng bahkan nasional, yang analisisnya kritis dan solutif. Selamat jalan Pak Andreas Lako, semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya,” ungkap Teguh, menyampaikan belasungkawa dan kesedihannya.
Selamat jalan, Prof! Selamat bertemu Bapa dalam kehidupan kekal di surga….
# https://www.rmoljawatengah.id/selamat-jalan-prof-lako