Pegiat seni pertunjukan mau tidak mau harus bertransformasi ke bentuk digital selama pandemi Covid-19. Sebelumnya, ini tidak pernah dilakukan.
Namun demikian, pertunjukan virtual ini disebut sebagai perkembangan kesenian. Tentunya ada sedikit kagok ketika bermain peran di depan mata kamera, bukan mata penonton.
Walaupun tidak bisa memenuhi pengalaman batin dari interaksi fisik dengan seni pertunjukan secara langsung, namun seni virtual menjaga napas pelaku kesenian tetap panjang.
“Banyak pegiat seni, khususnya seni pertunjukan, kehilangan mata pencaharian. Saat ini, Youtube tidak hanya dimaknai sebagai platform digital, tetapi juga dapat dimaknai sebagai ruang seni pertunjukan di era digital,” kata dosen Program Studi Digital Performing Arts Fakultas Bahasa dan Seni, Unika Soegijapranata, Y Yogi Tegar Nugroho saat acara public lecture secara virtual, Sabtu (30/10/2021).
Pada acara bertema Language, Arts and Creativity yang menggunakan Bahasa Inggris ini, Yogi Tegar memberikan pemaparan terkait Stage Management of Performing Arts in the Digital Era. Ia menjelaskan terkait efek pandemi terhadap kegiatan kesenian, terutama seni pertunjukan.
Menyaksikan pertunjukan seni lewat Youtube, Zoom atau media sosial lain bukan hal baru lagi di kala pandemi. Kebiasaan baru itu diyakini akan tetap berjalan meskipun pandemi usai. Seniman dan penikmat seni sudah beradaptasi dengan situasi pandemi Covid-19.
Kompromi itu ditambah kreativitas dan kemauan belajar hal baru, menghidupkan lagi denyut kesenian.
“Dalam upaya membantu para pegiat seni rupa lokal di Semarang, serta mengelola karya seni yang ditayangkan secara virtual di Youtube live, kami telah melakukan penggabungan beberapa digital software seperti OBS dan digital platform yang bernama Saweria,” jelasnya.
Dalam pemaparannya, Yogi tegar juga menyinggung mengenai manajemen produksi bagi pegiat seni rupa, penentuan tempat, ukuran panggung, jenis seni yang akan dipentaskan serta tema dan format yang akan ditampilkan.
Sementara, narasumber kedua, FX Ouda Teda Ena dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta memaparkan tentang bagaimana pandemi Covid-19 telah mengubah kegiatan belajar mengajar kelas drama konvensional menjadi metode pembelajaran drama digital atau online.
“Perubahan yang terjadi akibat pandemi covid-19 telah membawa perspektif dan keterampilan baru bagi para guru dan siswa. Pertunjukan drama digital tidak hanya mengembangkan soft skills siswa tetapi juga digital dan future skills mereka,” tegasnya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa keuntungan utama kelas drama tentu saja adalah meningkatkan keterampilan berkomunikasi lisan.
Selain itu juga mengembangkan kreativitas pemecahan masalah siswa, kolaborasi, karya mandiri, dan soft skills lain.
Sementara, Ketua penyelenggara Public Lecture Fakultas Bahasa dan Seni Unika Soegijapranata, Wuryani Hartanto menuturkan kegiatan ini diadakan setiap awal tahun akademik atau annual event.
“Tujuannya, untuk menyambut mahasiswa baru dan membekali mereka dengan wawasan dan orientasi akademik,” terangnya.
Kegiatan ini bukan hanya diperuntukkan bagi mahasiswa baru namun juga diwajibkan bagi mahasiswa aktif dari tiga program studi di FBS Unika yaitu Sastra Inggris, Englishpreneurship, dan Digital Performing Arts.
Dalam rangka memperluas wawasan serta meningkatkan potensi mahasiswa utamanya dalam seni pertunjukan, kegiatan ini ditunjang dua orang narasumber yaitu Y Yogi Tegar Nugroho dan seorang narasumber dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, FX Ouda Teda Ena.
“Diharapkan dalam diri mahasiswa akan tumbuh kecakapan yang disebut softskill dan membentuk karakter mereka, melalui seni digital. Ini sangat relevan dengan situasi sekarang,” imbuhnya.
► https://jateng.tribunnews.com/2021/10/31/seni-pertunjukan-berkembang-melalui-ruang-virtual-future-skill-untuk-mahasiswa-unika?page=all.