Jelang Sensus Penduduk 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah akan merekrut kurang lebih 60 ribu petugas sensus.
Kepala BPS Jawa Tengah, Sentot Bangun Widoyono mengatakan perekrutan petugas sensus akan diprioritaskan kepada penduduk lokal sesuai dimana tinggal.
"Kami merekrut dari penduduk lokal untuk menghemat. Perekrutan akan dilakukan Maret dan setelah lebaran sudah melakukan pelatihan sehingga Juli sudah mulai bergerak melakukan Sensus," katanya disela Talkshow yang digelar Badan Pusat Statistik Jateng, dengan tema: Membangun Literasi Data Statistik di Era Digital, di Verve Resto & Coffee Bar, Hotel Room Inc, Semarang, Kamis (21/11).
Untuk Sensus Penduduk 2020 ini, BPS akan mengunakan metode kombinasi yakni data administrasi yang tersedia pada Direktorat Jenderal Kependudukan Dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri (Ditjen Ducakpil Kemendagri) akan dikombinasikan dengan pencacahan lapangan, baik melalui pendataan mandiri atau Sensus Penduduk Online maupun door-to-door.
Sensus online akan berlangsung pada Februari hingga Maret tahun depan dengan mengakses website www.sensus.bps.go.id. Sedangkan masyarakat yang tidak melakukan sensus online akan tetap didata rumah ke rumah bulan Juli.
"pada prinsip masyarakat diberikan kesempatan untuk melakukan update data yang selama ini sudah tersimpan di Kementerian Dalam Negeri melalui KTP dan kartu keluarga. Kita secara internasional disarankan sensus menggunakan data registrasi, namun demikian kita masih menyadari banyak kasus bahwa data registrasi data kependudukan belum selesai semua oleh karena itu melakukan dengan metode kombinasi artinya ada sebagian menggunakan data Dispendukcapil dan yang belum tercatat tetap dilakukan pendataan dari rumah ke rumah," jelasnya.
Saat ini, BPS Jawa Tengah juga sedang melakukan pembersihan data dan pemetaan di tingkat RW karena banyak sekali ditemukan data yang berbeda.
"sehingga sampai akhir November akan di ground check untuk menetapkan master wilayah," ucapnya.
Sentot menuturkan ada kelebihan dari sensus online yaitu bisa mempercepat sensus serta mempermudah bagi masyarakat yang susah ditemui karena kesibukan. Namun, Sentot menyadari bahwa tingkat literasi internet penduduk Indonesia tidak semuanya sama.