Hibah buku ajar dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bertujuan untuk memotivasi para dosen agar selalu meneliti dan terus menulis, khususnya menulis buku ajar atau monografi.
Dosen yang telah memiliki naskah buku ajar yang diturunkan dari pengalaman penelitiannya di Indonesia, bisa mengikuti hibah ini.
Konten buku ajar juga bisa ditambah dengan terbitan hasil penelitian orang lain yang dilakukan di Indonesia dalam bidang ilmu apa pun, tetapi belum pernah dijadikan bahan buku ajar.
Penerima hibah buku ajar Kemendikbudristek yang merupakan dosen Unika Soegijapranata Semarang, J Wijanto Hadipuro, memberikan cerita pengalaman dirinya bagaimana berproses hingga sukses mendapatkan kucuran hibah buku ajar.
"Ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk pengajuan hibah buku ajar. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pengajuan hibah buku ajar di antaranya adalah minimal 200 halaman dan harus ada pembimbing," kata Wijanto dalam workshop penulisan buku ajar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unika secara daring yang dikutip pada Selasa (17/8/2021).
Penulis buku yang berjudul Manajemen Lingkungan Hidup untuk Bisnis: Teori dan Aplikasi ini menjelaskan, pengajuan hibah akan diklasifikasikan menjadi dua.
Yakni hibah buku yang belum terbit dan hibah buku yang sudah terbit. Berikutnya, akan ditemukan dengan pembimbing untuk menyelesaikan buku ajar.
Program ini menyasar pada penyiapan draf akhir naskah dalam bentuk buku ajar dan monografi yang ditulis oleh dosen.
"Dalam hal mencari inspirasi untuk menulis buku, saya justru mendapatkannya berdasarkan acuan dari sebuah buku yang saya baca secara sekilas," ujarnya.
Ia menambahkan, sistematika penulisan juga sangat mempengaruhi kemudahan pembaca untuk memahami isi buku. Jadi harus ada benang merah yang menghubungkan antar-bab itu.
Sementara, narasumber kedua pada workshop, Ignatius Eko B Setiyono dari penerbitan buku Unika Soegijapranata, memaparkan, pihaknya telah masuk menjadi anggota Aliansi Penerbit Perguruan Tinggi (APPTI) dan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
"Sampai sekarang penerbit Unika sudah menerbitkan buku ber-ISBN Unika sebanyak 219 buku," katanya.
Eko Setiyono menyampaikan terkait kaidah buku ajar versi cetak menurut Kemendikbudristek. Antara lain ukuran buku A5, Unesco atau B5 sesuai versi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), untuk font teks ukuran 11 atau 12, sedangkan jenis kertas HVS atau Bookpaper, Book Binding dan cover harus laminasi.
Sedangkan untuk kaidah tata letak, menggunakan program aplikasi MS-Word. Dan untuk penulis disyaratkan maksimal hanya tiga, apabila lebih dari tiga maka ditulis dan kawan-kawan.
"Kemudian latar belakang buku biasanya berisi sinopsis atau ringkasan isi buku itu yang memancing pembaca untuk membaca lebih jauh," terangnya.
Mengenai daftar pustaka, maka bisa menggunakan panduan di laman www.mendeley.com untuk menjadi pegangan.
Buku yang bermutu juga harus memiliki indeks, yaitu untuk membantu pembaca mencari kata-kata penting. Demikian juga adanya glasorium dalam buku ajar, karena akan sangat membantu mengetahui terminologi asing yang ada dalam buku.
— https://jateng.tribunnews.com/2021/08/17/strategi-dosen-unika-memperoleh-dana-hibah-buku-ajar-kemendikbudristek?page=all.