Mahasiswa adalah tergolong remaja akhir dan dewasa awal. Sebagai manusia yang memasuki tahap dewasa awal, mahasiswa seringkali dituntut untuk berlaku mandiri dan dapat mengambil keputusan sendiri.
Di sisi lain, sebagai manusia, mahasiswa tidak lepas dengan segala persoalan. Namun, tidak ada lagi ruang Bimbingan Konseling (BK) saat ia menyandang status mahasiswa. Lalu, bagaimana jika mereka mengalami tekanan, ancaman, kekerasan, dan masalah lainnya? Di manakah tempat mereka bisa mengadu?
Kampus, Rumah Belajar Aman
Sebagai rumah belajar, kampus harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri, baik secara akademik dan non-akademik. Inilah salah satu peran penting universitas dalam menumbuhkan proses belajar mahasiswa sampai membentuk masyarakat yang beradab.
Nyatanya, pengembangan diri mahasiswa tidak selalu berada pada jalan lurus. Gemuruh kasus kekerasan seksual yang menyeruak di Indonesia akhir tahun 2021 menjadi realita yang dihadapi kampus, yang menganggap diri sebagai rumah belajar. Di manakah kampus aman dan nyaman itu?
‘Jujur saya tidak tahu harus bagaimana, harus meminta tolong apa, harus melakukan apa’ sebuah kalimat pembuka yang masuk dalam layanan pesan instan dari seorang mahasiswa yang sedang kebingungan. Ya, kerisauan ini adalah kisah seorang mahasiswa yang mengalami persoalan tekanan psikologis.
Tidak jauh berbeda dari pesan sebelumnya, seorang mahasiswa juga mengadukan masalahnya, ‘Saya baru saja keluar dari toxic dan abusive relationships, gimana cara bisa konseling ya?’. Dua pesan ini menjadi gambaran bagaimana mahasiswa tidak lepas dari persoalan hidup. Dua pesan yang menunjukkan ini adalah pengalaman yang nyata dan ada serta tidak bisa diabaikan.
Mahasiswa Sejahtera dan Layanan Student Care
Ke manakah dua pesan tadi tertuju? Ya, inilah pesan-pesan yang masuk dalam layanan Unika Student Care (USC), sebuah unit yang mewujudkan kepedulian terhadap mahasiswa.
“Mahasiswa itu harus sejahtera, artinya ia punya tempat untuk mengadu yang tepat, punya tempat untuk mengurai masalah mereka,” kata Kepala Lembaga Pengembangan Mahasiswa dan Alumni (LPMA) Unika Soegijapranata, Siswanto dalam keterangan tertulis, Selasa (31/5/2022).
Hal inilah yang menjadi tujuan didirikannya USC, yakni untuk menjaga, melindungi, dan membantu mahasiswa mencapai pribadi dewasa dan mewujudkan lingkungan kampus yang sehat.
Unika Student Care yang di-launching pada 11 Januari 2022 lalu merupakan bentuk yang lebih terintegrasi dari layanan yang telah ada sebelumnya, yaitu Peer Educator. Praktik pendampingan mahasiswa memang telah lama dilakukan oleh Unika Soegijapranata.
Dalam Peer Educator, sekumpulan mahasiswa dipilih dan dibekali dasar-dasar konseling serta bertugas untuk menjangkau mahasiswa yang mengalami persoalan sekaligus menjadi teman untuk curhat. Layanan ini membantu mahasiswa secara umum termasuk persoalan sehari-hari.
Pada perkembangannya, permasalahan mahasiswa masuk pada ranah relasi sosial, perundungan, seksualitas, narkoba, dan kekerasan. Untuk itu, perlu adanya layanan yang lebih terintegrasi sehingga dibentuklah Unika Student Care. Layanan ini terdiri dari Konsultan, Dosen Pendamping Fakultas, dan teman sebaya atau disebut sebagai SCU (Soegijapranata Catholic University) Buddies.
Pengalaman mahasiswa dalam proses pengembangan diri di perguruan tinggi adalah nyata dan seringkali tidak terungkap. Dalam Buku Saku Student Care, Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan, Dr. Berta Bekti R., M.Si., menyatakan berbagai kasus yang terjadi di kampus, khususnya kekerasan seksual tidak mudah terungkap karena beberapa faktor. Beberapa di antaranya adalah relasi kuasa, ada pihak yang superior di sisi lainnya ada pihak inferior.
Ketakutan untuk mengungkapkan persoalan yang dialami adalah wajar bagi mahasiswa. Untuk membantu mahasiswa bercerita, kehadiran teman sebaya menjadi sarana aman dan nyaman bagi mereka. Teman sebaya lebih dipercaya karena memiliki posisi yang setara. Hal inilah mengapa peran SCU Buddies menjadi sangat penting.
“Aku dapet laporan pelecehan di lingkungan kampus,” ujar salah satu mahasiswa SCU Buddies.
“Sejauh ini masih tak kasih assessment biasa dulu,” lanjutnya.
Inilah percakapan antara SCU Buddies dengan Layanan Student Care Unika Soegijapranata. Mereka yang telah dibekali dasar-dasar konseling akan menjadi pintu masuk Student Care, dan menjadi tempat bercerita mahasiswa dalam menyelesaikan persoalan mereka secara tepat. Selain memberikan konseling awal, SCU Buddies membantu mahasiswa untuk merujuk dan menghubungkan pada dosen pendamping atau konselor.
Upaya pencegahan dan pendampingan bagi mahasiswa yang rentan pada persoalan akademis dan nonakademis adalah kebutuhan yang mendesak. Adanya Unika Student Care menjadi harapan bagi kelangsungan kehidupan perguruan tinggi dalam memberikan rumah belajar yang kondusif.
Pada akhirnya, menyemai mahasiswa yang mengembangkan intelektual, mampu menginspirasi, hingga membentuk manusia yang bermartabat menjadi hal yang niscaya. Inilah pengamalan kemanusiaan yang adil dan beradab dari Unika Soegijapranata Semarang. Informasi mengenai Student Care dapat diakses di www.unika.ac.id.
#https://www.detik.com/edu/perguruan-tinggi/d-6104548/student-care-unika-soegijapranata-semarang-bikin-kampus-aman–nyaman