Oleh: Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat
Hasil survei yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan mendapatkan 87 persen (setara 231,6 juta) warga tidak akan bepergian untuk melakukan perjalanan antar kota di akhir tahun 2021.
Djoko Setijowarno |
Diperkirakan akan terjadi pergerakan masyarakat pada Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, karena berbagai lokasi wisata rencananya akan dibuka, masyarakat semakin percaya diri karena sudah mendapat suntikan vaksin. Pemerintah saat ini memberlakukan Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan akan diberlakukan secara berkesinambungan berdasarkan kondisi Covid-19.
Jumlah masyarakat yang terpapar Covid-19 saat ini, mengalami penurunan yang cukup berarti. Perekonomian masyarakat sudah mulai kembali bangkit. Berharap, masyarakat tetap waspada dan tidak melakukan perjalanan selama masa liburan Natal dan Tahun Baru 2022 karena belum aman dari ancaman Covid-19.
Potensi pergerakan tertinggi dari karyawan swasta sebesar 27,65 persen, diikuti pelajar/mahasiswa 18,27 persen, pekerja dengan penghasilan harian/tidak tetap 13,16 persen, ibu rumah tangga 9,21 persen, wirausaha/pedagang 9,02 persen, belum dapat pekerjaan 8,9 persen.
Asal perjalanan terbesar tetap dari Kawasan Jabodetabek, yakni 34,87 persen. Diikuti Jawa Timur 20,28 persen, Jawa Tengah 20,17 persen, Jawa Barat 16,15 persen, DI Yogyakarta 3,19 persen, Bali 2,2 persen, Banten 1,43 persen. Sisanya 1, 71 persen perjalanan selain 7 daerah itu.
Daerah tujuan perjalanan masih tertinggi ke Jawa Tengah 24,15 persen, Jawa Timur 19,26 persen, Jawa Barat 18.39 persen, Jabodetabek 16,54 persen, DI Yogyakarta 6,89 persen, Bali 3,91 persen, Banten 1,96 persen, Sumatera Utara 1,48 persen, Lampung 1,26 persen. Sisanya 6,16 persen ke daerah lainnya.
Tujuan perjalanan, pilihan tertinggi 10 daerah tujuan perjalanan, yaitu Kab. Bandung 3,58 persen, Kab. Bogor 3,57 persen, Kota Yogyakarta 3,04 persen, Kota Adm. Jakarta Selatan 2,26 persen, Kota Bandung 2,08 persen, Kab. Malang 1,92 persen, Kota Surakarta 1,92 persen, Kota Denpasar 1,80 persen, Kota Adm. Jakarta Timur 1,72 persen dan Kota Adm. Jakarta Pusat 1,69 persen.
Alasan melakukan perjalanan terbanyak pulang kampung 30,2 persen, liburan/wisata 24 persen, jenuh dengan rutinitas selama covid-19 sebanyak 17,6 persen, tugas/dinas 15,5 persen, merayakan Natal di kampung halaman 9,6 persen dan tradisi Nataru di luar kota 2,9 persen.
Moda atau sarana transportasi yang digunakan terbanyak sepeda motor 35,4 persen. Diikuti mobil pribadi 21,7 persen, angkutan umum/nus/angkot 13,5 persen, KA antar kota 8,4 persen, pesawat terbang 7,7 persen, mobil sewa 6,3 persen, mobil travel 3,4 persen, kapal laut 1,2 persen, mobil angkutan sewa khusus (taksi online) 0,8 persen, kereta perkotaan (KRL, MRT, LRT) 0,7 persen, angkutan lainnya 0,5 persen, kapal penyeberangan 0,4 persen dan taksi regular 0,1 persen.
Dibandingkan pergerakan Nataru tahun 2020/2021, potensi pergerakan Nataru 2021/2022 lebih kecil, 13 persen yang diperkirakan akan melakukan perjalanan antar kota. Pada Nataru 2020/2021 berdasarkan hasil survey, potensi tidak melakukan pergerakan 76 persen. Sebanyak 24 persen yang melakukan mobilitas.
Diperkirakan dipengaruhi berbagai sebab, seperti kondisi saat ini anak-anak sekolah sudah mulai melaksanakan belajar tatap muka, menjadi pertimbangan untuk tidak memilih bepergian. Selain itu para pegawai/pekerja/wiraswasta sudah mulai aktif bekerja mendekati normal, sehingga masyarakat memilih tidak bepergian untuk pulang kampung/liburan pada Natal/Tahun baru yang menghabiskan uang, tetapi lebih memilih memperbaiki perekonomian keluarga yang sempat terpuruk selama masa pengetatan kegiatan dan mobilitas karena berkurangnya pendapatan keluarga.
Alasan tidak melakukan perjalanan dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain perkiraan adanya gelombang ketiga Covid-19 di akhir tahun yang mempengaruhi minat masyarakat dalam melakukan perjalanan, menurunnya pendapatan kalangan masyarakat tertentu sebagai dampak pandemi, dicabutnya cuti bersama 24 Desember 2021 yang menyebabkan libur Natal menjadi pendek, masih ketatnya persyaratan perjalanan (masa berlaku dan biaya Test Swab PCR dan Antigen) yang mengakibatkan adanya penambahan biaya perjalanan, anak-anak sekolah sudah mulai tatap muka, para karyawan atau pekerja sudah mulai aktif bekerja (work from office/WFO).
Sementara itu, hasil survey untuk wilayah Jawa dan Bali, menunjukkan potensi perjalanan orang pada masa libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 diperkirakan sebanyak 12,8 persen atau sebesar 19.976.269 orang. Dari total 19.976.269 orang yang akan melakukan perjalanan keluar kota selama masa libur Natal dan Tahun Baru 2022 diperkirakan sebanyak 91,09 persen telah mendapatkan Vaksinasi Covid 19.
Provinsi yang menjadi tujuan perjalanan paling tinggi adalah Provinsi Jawa Tengah. Berikutnya, Provinsi Jawa Barat (non Jabodetabek), dan Provinsi Jawa Timur. Puncak pergi Natal diperkirakan Jum’at 24 Desember 2021. Namun demikian diperkirakan sebagian besar masyarakat melakukan perjalanan sebelum 17 Desember 2021. Puncak pergi Tahun Baru diperkirakan Jum’at 31 Desember 2021.
Puncak balik untuk Nataru terjadi setelah 3 Januari 2022. Moda yang paling banyak digunakan adalah sepeda motor dan mobil pribadi. Tujuan perjalanan untuk berwisata sebesar 21,5 persen atau sebanyak 4.294.898 orang. Pergerakan lokal yang dilakukan yang tidak melakukan perjalanan ke luar kota selama libur Natal dan Tahun baru adalah sebesar 9,5 persen atau sebanyak 12.940.742 orang.
Di sisi lain, untuk hasil survey wilayah Jabodetabek, menunjukkan potensi perjalanan orang pada masa libur Natal dan Tahun Baru 2022 sebanyak 13,5 persen (4.455.000 orang). Dari total 4.455.000 orang yang akan melakukan perjalanan ke luar kota selama masa libur Natal dan Tahun Baru 2022 sebanyak 93,3 persen telah mendapatkan vaksinasi Covid 19.
Provinsi atau wilayah aglomerasi yang menjadi tujuan perjalanan paling tinggi adalah Jabodetabek. Artinya akan terdapat pergerakan dalam wilayah aglomerasi yang cukup tinggi. Diperkirakan puncak hari keberangkatan terjadi sebelum 17 Desember 2021.
Kemudian diperkirakan puncak balik untuk Nataru terjadi setelah Hari Minggu 2 Januari dan setelah 3 Januari 2022. Moda paling banyak digunakan masih tetap sepeda motor dan mobil pribadi. Tujuan perjalanan untuk berwisata sebesar 18,7 persen atau sebanyak 833.085 orang. Pergerakan lokal yang dilakukan yang tidak melakukan perjalanan ke luar kota selama libur Natal dan Tahun baru adalah sebesar 9,9 persen (2.825.955 orang).
Survey ini dilakukan 11-20 Oktober 2021, sementara survey sejenis tahun lalu dilaksanakan pada 29 November-11 Desember. Tentunya masih ada perubahan pola berpikir masyarakat untuk melakukan pergerakan Nataru tahun ini. Selain adanya beberapa perubahan kebijakan yang mendadak dengan persyarakatan agak melonggarkan, tentunya ada sebagian warga berkeingina melakukan mobilitas.
Oleh sebab itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan masih dapat melakukan survey 1 – 2 kali lagi untuk mendapatkan pola pergerakan terkini hingga mendekati masa Nataru tahun ini.
►https://www.times.id/2021/11/survei-87-warga-tak-akan-berpergian.html