Kasus beras plastik yang kembali mencuat mendorong Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unika Soegijapranata menggelar diskusi dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Mencintai Beras Indonesia."
Dosen Fakultas Teknik Pertanian Unika Soegijapranata Meiliana SGz MS menyatakan, komoditas beras menjadi suatu hal yang vital dimana dengan jumlah penduduk mencapai 4,1 miliar, Asia memproduksi sekitar 90 persen kebutuhan beras dunia.
"Fakta di Asia tersebut ditambah fakta di Indonesia yang mengalami kenaikan produksi beras pada tahun 2015 hingga mencapai 6,37 persen dibandingkan tahun 2014," kata Meiliana di Semarang belum lama ini.
Meskipun jumlah produksi terus mengalami kenaikan, Indonesia tetap harus mengimpor kebutuhan pangan yang satu ini dikarenakan status Indonesia sebagai negara dengan tingkat konsumsi beras per kapita paling tinggi di dunia dan penggunaan teknologi sebagai alternatif beras masih minim.
"Sebagai perbandingan, Indonesia memiliki jumlah konsumsi beras per kapita 140 kilogram dalam satu tahun. Bila dibandingkan dengan jumlah konsumsi beras rata – rata dunia yang hanya 60 kilogram dalam satu tahun, terdapat perbedaan 2 kali lipat. Untuk itu, Indonesia sampai dengan hari ini belum bisa terhindar dari impor beras," tuturnya.
Sementara Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Mustofa menyatakan, konsumsi beras tidak harus bergantung pada satu jenis beras misalnya beras putih karena masih ada beberapa macam jenis beras lainnya yang dapat diunggulkan, misal beras merah. Keunggulan beras merah memiliki nilai energi dan kandungan mineral lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jenis beras putih.
"Hasil produk beras dapat mengalami diversifikasi menjadi tepung beras, jus bahkan makanan olahan. Tepung Beras Merah misalnya dapat digunakan untuk menurunkan kolesterol serta dapat mencegah penyakit menurun karena gen," tambahnya.
Bagi Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah yang telah lama membudidayakan sistem pertanian organik menyadari bahwa pertanian organik saat ini kurang diterima oleh para petani. Petani yang telah terbiasa memakai cara yang praktis, akan tetapi dengan memakai cara organik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk konversi ke sistem pertanian organik.
Pertanian organik menurutnya membawa keuntungan, salah satunya hasil panen yang diperoleh mempunyai nutrisi tinggi karena bebas dari bahan kimia berbahaya dan tidak menimbulkan risiko kerusakan tanah bahkan berdasarkan pengalaman sistem ini dapat memperbaiki struktur tanah.