Tenaga kependidikan Unika Soegijapranata kembali meraih penghargaan dari Kemenristekdikti untuk kategori Administrasi Akademik Berprestasi, raihan ini untuk kali ketiga dalam tiga tahun terakhir. Penghargaan diterima oleh Lenny Setyowati sebagai terbaik kedua dalam kategori tersebut, edangkan terbaik pertama pada kategori yang sama diraih Angga Yuhistira dari IPB dan terbaik ketiga Fathin Hilmiyah dari ITS.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Ali Ghufron Mukti mengatakan, terdapat tujuh penghargaan yang diberikan. Dua penghargaan diberikan kepada dosen, yakni dosen bidang sains dan teknologi (saintek). Sedangkan lima penghargaan lainnya dianugerahkan kepada tenaga kependidikan, meliputi pranata laboratoriun pendidikan, pustakawan, arsiparis, pengelola keuangan, dan administrasi akademik berprestasi.
“Jumlah peserta yang mendaftar pada tahun ini mencapai 265 orang. Dari jumlah tersebut telah diseleksi menjadi 66 orang finalis dan mereka semua hadir di sini untuk kembali menunjukkan prestasi-prestasi yang diunggulkan dari masing-masing perguruan tinggi asal. Selama dua hari menjalani penilaian, para dewan juri kemudian memilih juara pertama, kedua, dan ketiga,” kata Dirjen Ghufron, Senin (29/10) lalu seperti dikutip dari situs Kemeristekdikti.
Dirjen Ghufron menjelaskan, keberadaan tenaga kependidikan seringkali minim apresiasi sehingga mereka tidak dapat menunjukkan potensinya secara optimal. Namun, kini Kemenristekdikti memberikan kesempatan beasiswa bagi para tenaga kependidikan untuk melanjutkan studi S-2 dan S-3 ke luar negeri untuk meningkatkan kapasitas dan komptensinya. Dengan begitu, lanjut Dirjen Ghufron, diharapkan layanan dan pengelolaan perguruan tinggi semakin baik.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan, keberadaan dosen dan tenaga kependidikan sangat mempengaruhi mutu sebuah perguruan tinggi. Untuk itu, saat ini Kemenristekdikti sedang mendorong peningkatan kualifikasi pendidikan, baik bagi para dosen maupun tenaga kependidikan.
“Menjadi dosen dan tenaga kependidikan butuh perjuangan keras, untuk itu kami perlu mengapresiasi mereka yang berprestasi. Bagi para dosen kita mendorong mereka untuk menulis publikasi internasional. Sedangkan bagi para tenaga kependidikan, perlu untuk mengikuti perkembangan teknologi di pendidikan era revolusi industri 4.0 saat ini,” tutur Nasir.
Nasir menambahkan, Kementeriannya memiliki sejumlah terobosan untuk meningkatkan jumlah Doktor, bahkan menggandeng generasi millennials untuk menjadi seorang dosen. Salah satunya, melalui program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) yang kini telah melahirkan dosen-dosen muda, serta 261 publikasi internasional dari peserta batch I dan batch II.
https://www.suaramerdeka.com