Identitas dan kemajuan sebuah kota bisa dilihat dari perkembangan kuliner kota tersebut. Marak, bergairah dan berkembangnya kuliner kota ada kaitan signifikan dengan kemajuan kota tersebut.
Persoalan kuliner dan kemajuan kota tersebut dijadikan kajian penelitian salah satu Tim Kedaireka Unika Soegijapranata Semarang dan kota Solo menjadi kota yang diteliti Tim tersebut.
Pengadaan program penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan Matching Fund Kedaireka tahun 2022 yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Adapun penelitian tersebut mengenai “Pengembangan Identitas Kota Solo Sebagai Kota Pariwisata Melalui Peningkatan Kualitas Kuliner”.
Tim Peneli ini beranggotakan Dhiyan Krishna Wardhani ST MUE, Dr A Rika Pratiwi MSi, Mellia Harumi SSi MSc, Louis Cahyo Kumolo Buntaran SDs MM dibantu beberapa mahasiswa beberapa prodi yaitu prodi Desain Komunikasi Visual (DKV), Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan (RIL), dan Teknologi Pangan (TP) Unika Soegijapranata.
Menurut Dhiyan Krishna, sebagai ketua tim, pengenalan kota dapat disalurkan melalui produk kuliner dari berbagai ciri khas yang pemanfaatannya melalui sumber pangan area setempat. Selain itu, daerah pariwisata tidak pernah lepas dengan pemasaran kuliner khas kota tersebut.
“Pengembangan kota itu bisa identik dengan kuliner khas setempat. Sehingga, pengembangan kuliner khas setempat bisa menjadi nilai tambah bagi pariwisata kota. Kota Solo merupakan salah satu kota yang dinobatkan sebagai kota kuliner. Banyaknya bisnis kuliner yang berkembang di kota ini mampu meningkatkan daya tarik pariwisata khususnya di bidang kuliner,” ucapnya kepada pers di kampus setempat Selasa (27/9/2022).
Melalui penelitian ini Dhiyan Krishna dan timnya mengajak para Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk Forum Group Discussion (FGD) pada Sabtu (24/9/2022) di Balai kelurahan Purwosari, Solo. FGD ini dilakukan untuk mengetahui pendapat atau opini para pelaku UMKM terkait kualitas produk pangan, pengetahuan tentang umur simpan produk, kemasan produk, dan juga informasi yang perlu dicantumkan di dalam kemasan, kemudian produk-produk UMKM dikumpulkan guna difoto dan diuji ke laboratorium.
“FGD dilaksanakan sebagai tahap awal kegiatan untuk mengumpulkan data terkait produk UMKM dan pengetahuan para pelakunya. Setelah kegiatan ini, nantinya akan dilanjutkan ke pelatihan yang memang dibutuhkan oleh para pelaku UMKM di Kota Solo,” terangnya.
Dhiyan Krishna juga menyampaikan, apabila para pelaku UMKM telah menyepakati bahwa produk yang akan dijual harus betul-betul berkualitas. Maka untuk mencapai kualitas produk pangan tersebut perlu dipersiapkan bahan baku yang bermutu, memiliki proses produksi yang baik, dilengkapi dengan kemasan produk yang aman dan sesuai untuk pangan, serta komposisi gizi dan umur simpan.
Tak hanya itu, penyimpanan produk disesuaikan pula dengan karakteristik bahan produk tersebut guna meningkatkan kualitas. Proses penggunaan dan penyimpanan produk pangan juga diperhatikan dengan mempertimbangkan metode teknik First In First Out (FIFO).
“Oleh karena itu, pertimbangan pembelian produk pangan berdasarkan harga, jenis dan kualitas kemasan, serta informasi umur simpan dan nilai gizi. Sehingga pada produk dalam kemasan perlu mencantumkan klaim halal, informasi nilai gizi, kode produksi, komposisi bahan, serta batas kadaluarsa. Sebagian besar, produk UMKM Kota Solo juga memiliki batas tanggal kadaluarsa yang ditentukan secara mandiri. Supply bahan baku perlu dipertimbangkan agar terjamin kontinuitasnya.”
#https://www.krjogja.com/berita-lokal/read/474588/tim-kedaireka-unika-teliti-identitas-kota-solo-melalui-kualitas-kuliner